Invasi Rusia Berlarut-larut dan Ukraina Tak Kunjung Tumbang, Apakah Putin Salah Perhitungan?
“Memang terjadi miskalkulasi. Ini yang paling banyak juga analis melihatnya. Ada miskalkulasi yang dilakukan oleh Moskow,”
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari kesembilan sejak dideklarasikan Presiden Vladimir Putin 24 Februari lalu. Apakah Rusia salah perhitungan?
Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas menilai terjadi salah perhitungan yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum melakukan invasi ke Ukrania.
Alhasil hingga hari kelima invasi, Rusia belum juga bisa menaklukkan Ukraina.
Padahal secara perhitungan kekuatan Ukraina kalah jauh dari Rusia.
“Memang terjadi miskalkulasi. Ini yang paling banyak juga analis melihatnya. Ada miskalkulasi yang dilakukan oleh Moskow,” ujarnya dalam Tribun Corner: Ukraina Tak Kunjung Tumbang Putin Salah Perhitungan? Selasa (1/3/2022).
Bahkan dia melihat Rusia menganggap Ukraina kecil dan lemah.
“Jadi terlalu under estimate terhadap kemampuan Ukraina untuk bertahan dari serangan itu,” jelasnya.
Namun, ketika invasi berjalan, segala perhitungan awal itu tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Ukraina memberikan perlawanan yang luar biasa terhadap Rusia.
Kini gelombang dukungan pun datang dari negara-negara yang tergabung dalam NATO kepada Ukraina.
“Jadi mereka tidak menyangka bahwa ternyata satu perlawanan itu secara signifikan terjadi," katanya.
“Kedua ternyata dukungan itu, dukungan publik internasional itu juga meningkat. Hal ini bisa kita lihat bagaimana, misalnya sejumlah negara yang tergabung dalam NATO secara terang-terangan ingin membantu Ukraina,” lanjut dia.
Hal kedua, menurut dia, buruknya persiapan kampanye militer Rusia sebelum invasi dilancarkan ke Ukraina.
Itu terlihat dari sejumlah insiden dan terjadi kehabisan bahan bakar saat pasukan melakukan invasi ke Ukraina.
“Itu menunjukkan bagi saya bahwa ada persiapan kampanye militer yang buruk. Kenapa? Karena ternyata kondisi tersebut itu tidak terhitung bahwa ada kemungkinan kemacetan, lalu ada suplai logistik yang terganggu dan lain-lain,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, Rusia tidak menginginkan meningkatkan eskalasi invasinya ke Ukraina, melalui serangan udara atau kekuatan penuh.
“Jadi eskalasi yang tidak diharapkan akan langsung mengarah kepada perang terbuka. Kenapa? Kalau kita lihat pada awal-awal serangan Rusia selalu berdalih bahwa apa yang dilakukan itu bukan merupakan deklarasi perang, melainkan sebuah operasi militer khusus yang dilakukan kepada Ukraina,” katanya.