Rusia Perkuat Pasukan di Selatan Ukraina, 1 Juta Lebih Pengungsi Hijrah
Hari kesembilan invasi Rusia ke Ukraina, sejumlah fakta baru terungkap. Presiden Ukraina sentil pemimpin dunia hingga 1 juta lebih pengungsi hijrah
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Miftah
![Rusia Perkuat Pasukan di Selatan Ukraina, 1 Juta Lebih Pengungsi Hijrah](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/porak-poranda-kota-kota-di-ukraina-seminggu-invasi-rusia_20220303_201614.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Menginjak hari kesembilan invasi Rusia ke Ukraina, sejumlah fakta baru terungkap.
Mengutip kabar terbaru dari BBC pada Jumat (4/3/2022), Rusia melakukan serangan di daerah strategis Ukraina.
Adalah pusat pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia.
Pembangkit listrik tenaga nuklir itu merupakan yang terbesar di Eropa.
Baca juga: Protes Operasi Militer di Ukraina, IKEA Hentikan Semua Operasional Tokonya di Rusia
Meskipun tak memperngarhi lokasi reaktor nuklir, namun kebakaran menyasar gedung lima lantai di sekitarnya.
Di hari kesembilan invasi, Presiden Ukraina kembali menyentil para pemimpin dunia untuk segera mengambil tindakan.
Sementara pergerakan tentara Rusia semakin kuat di selatan Ukraina.
Terkini, kedua negara sepakat untuk mengevakuasi warga sipil, lebih dari satu juta pengungsi meninggalkan Ukraina.
Adapun inilah rangkuman kejadian terkini Ukraina dikutip dari BBC:
Serangan tembakan Rusia menyebabkan kebakaran pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa yakni PLTN Zaporizhzhia, Ukraina.
Api berhasil dipadamkan setekahnya, sementara Layanan Darurat Negara Ukraina mengatakan tidak ada korban dari kebakaran tersebut, dan tidak mempengaruhi lokasi reaktor.
Tetapi kebakaran membuat gedung lima lantai di dekatnya terdampak.
Serangan Rusia itu memicu kecaman langsung dari para pemimpin Barat yang menyebutnya sebagai tindakan "mengerikan" dan "sembrono" yang mengancam keselamatan seluruh Eropa.
Presiden Ukraina Zelensky beberapa jam yang lalu meminta negara-negara lain untuk segera mengambil tindakan lebih terhadap “teror nuklir” Putin.