Negosiator Ukraina Denis Kireev Tewas Ditembak, Diduga Berkhianat Bocorkan Informasi ke Rusia
Salah satu anggota negosiator Ukraina Denis Kireev tewas ditembak petugas, diduga berkhianat dan hendak lakukan makar.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
Sebelumnya, Denis Kireev menjadi anggota Dewan Pengawas Ukreximbank.
Update Terbaru Invasi Rusia: 50 Pesawat Kargo Tiba di Ukraina
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, 50 pesawat kargo yang membawa perangkat keras militer dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, Polandia dan Lithuania dikabarkan mendarat di Ukraina sebelum dimulainya operasi militer Rusia di sana.
Pernyataan tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia melalui Juru Bicaranya, Maria Zakharova.
Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (6/3/2022), sekitar 2.000 ton senjata modern, amunisi dan alat pelindung dipasok ke Ukraina pada satu setengah bulan pertama tahun 2022.
Kementerian tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa untuk Inggris sendiri, telah mentransfer lebih dari 2.000 unit persenjataan anti-tank.
Baca juga: Visa dan Mastercard Hentikan Semua Operasinya di Rusia Selama Krisis Ukraina
Baca juga: Sosok Jenderal Top Rusia yang Tewas Ditembak Sniper Ukraina, Kematiannya Jadi Pukulan Berat Putin
Zakharova mengatakan bahwa Rusia sekali lagi meminta Uni Eropa (UE) dan NATO untuk menghentikan 'pengiriman tanpa berpikir' terkait persenjataan modern ke rezim Ukraina.
Ia menegaskan bahwa pengiriman itu justru menciptakan risiko besar bagi penerbangan sipil dan sistem transportasi lainnya di Eropa dan sekitarnya.
"Penyelenggara pengiriman ini harus menyadari meningkatnya ancaman senjata presisi tinggi yang jatuh ke tangan elemen teroris dan formasi bandit yang tidak hanya di Ukraina, namun juga di Eropa secara keseluruhan," tegas Zakharova.
Aliran senjata ini ke pasar ilegal dan ke tangan jaringan teroris, kata dia, hanya masalah waktu.
"MANPADS menimbulkan bahaya besar bagi penerbangan sipil, dan ATGM untuk transportasi kereta api dan infrastruktur," jelas Zakharova.
Perlu diketahui, Rusia telah melancarkan operasi militer khusus di Ukraina sejak 24 Februari lalu setelah Ukraina gagal mengimplementasikan perjanjian Minsk dan menyelesaikan konflik di Donbass secara damai.
Baca juga: Rusia Izinkan Warga Ukraina Melarikan Diri, Pemboman Dihentikan
Baca juga: Menlu AS Tuduh Serangan Rusia Semakin Brutal di Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin pun mengatakan bahwa negaranya idak punya pilihan lain selain bertindak, setelah berminggu-minggu terjadi aksi penembakan terhadap Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang diklaim dilakukan oleh pasukan Ukraina.
Dengan demikian, ia kemudian memerintahkan pasukannya untuk melakukan 'demiliterisasi dan denazifikasi' negara tetangganya itu.