Putin Bantah Militer Rusia Bombardir Kota-kota Ukraina, Sebut Propaganda Kotor
Pertemuan delegasi berikutnya dari Rusia dan Ukraina diperkirakan digelar akhir pekan ini, menurut salah satu negosiator Kiev.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Presiden Rusia Vladimir Putin membantah pasukan Rusia membombardir kota-kota Ukraina.
Putin mengatakan hal itu saat menelepon Kanselir Jerman Olaf Scholz, Jumat (5/3/2022).
Dia menyebut kabar tersebut sebagai informasi palsu.
Presiden Rusia itu mengatakan, laporan tentang "dugaan serangan udara yang sedang berlangsung di Kiev dan kota-kota besar lainnya adalah propaganda kotor palsu," kata Kremlin dikutip dari AFP.
Dia menambahkan, dialog tentang Ukraina hanya akan bisa dilakukan jika tuntutan Rusia dipenuhi.
Putin "mengonfirmasi bahwa Rusia terbuka untuk berdialog dengan pihak Ukraina, serta dengan semua orang yang menginginkan perdamaian di Ukraina.
Baca juga: McDonalds, Pepsi, dan Perusahaan Ternama Amerika Diminta Hentikan Operasi di Rusia
Tetapi dengan syarat bahwa semua tuntutan Rusia dipenuhi," lanjut Kremlin.
Syarat Rusia mencakup status netral dan non-nuklir Ukraina, "denazifikasi", pengakuan Crimea sebagai bagian dari Rusia, dan kedaulatan wilayah separatis di Ukraina timur.
"Harapan itu diungkapkan dalam pembicaraan putaran ketiga yang direncanakan, perwakilan Kiev akan mengambil posisi yang masuk akal dan konstruktif," tambah Kremlin.
Pertemuan delegasi berikutnya dari Rusia dan Ukraina diperkirakan digelar akhir pekan ini, menurut salah satu negosiator Kiev.
Jumlah Korban Jiwa
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengumumkan 351 warga sipil di Ukraina meninggal sejak invasi Rusia dimulai 10 hari lalu.
Melalui Kantor Urusan Hak Asasi Manusia PBB, OCHCR, disebutkan bahwa 707 warga sipil lainnya terluka dalam peperangan itu.
Kantor yang berbasis di Jenewa itu menggunakan metodologi yang ketat dan hanya melaporkan korban yang telah dikonfirmasi.
OCHCR mengaku pihaknya yakin angka sebenarnya jauh lebih tinggi.
"Terutama di wilayah yang dikuasai pemerintah (Ukraina) dan terutama dalam beberapa hari terakhir," seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (5/3/2022).
Dugaan tingginya angka kematian dibanding data yang terkumpul dikarenakan penerimaan informasi dari beberapa lokasi pertempuran sengit tertunda, dan banyak laporan masih menjalani pembuktian.
Pejabat Ukraina selama ini menyajikan angka yang jauh lebih tinggi.
Sementara itu Dewan Keamanan PBB mengumumkan akan menggelar pertemuan terbuka pada hari Senin (7/3/2022) mengenai situasi kemanusiaan yang memburuk di Ukraina di saat meningkatnya serangan Rusia.
Amerika Serikat dan Albania meminta digelarnya pertemuan tersebut, yang akan mendengarkan presentasi Kepala Urusan HAM PBB Martin Griffiths dan Direktur Ekekutif UNICEF Catherine Russell.
Atas permintaan Prancis dan Meksiko, pertemuan Dewan Keamanan PBB akan diikuti dengan konsultasi tertutup mengenai rancangan resolusi tentang penderitaan kemanusiaan jutaan warga Ukraina, kata para diplomat, yang berbicara dengan syarat anonim karena negosiasi mengenai pertemuan bersifat pribadi.
PBB meluncurkan seruan pengumpulan dana darurat pada 1 Maret sebesar USD1,7 miliar untuk menanggapi kebutuhan kemanusiaan yang meningkat, baik dari orang-orang yang melarikan diri dari Ukraina dan yang tetap tinggal di negara itu.
Seruan tersebut langsung mendapat janji sumbangan sebesar USD1,5 miliar, dan PBB mendesak agar janji itu segera diubah menjadi uang tunai.
PBB memperkirakan 12 juta orang tinggal di Ukraina dan empat juta orang diperkirakan melarikan diri ke negara tetangga.
Sumber: Associated Press/AFP/Kompas.com