Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Australia Sindir Sikap Hening China Terkait Invasi Rusia ke Ukraina

Morrison juga mengaku kecewa dengan sikap China yang lebih banyak diam selama invasi Rusia yang telah berlangsung sejak 24 Februari lalu.

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Australia Sindir Sikap Hening China Terkait Invasi Rusia ke Ukraina
AFP/SERGEI SUPINSKY
Anggota layanan Ukraina terlihat di lokasi pertempuran dengan kelompok penyerang Rusia di ibukota Ukraina, Kyiv, pada pagi hari 26 Februari 2022, menurut personel layanan Ukraina di tempat kejadian. Australia Sindir Sikap Hening China Terkait Invasi Rusia ke Ukraina 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada hari Senin (7/3/2022) mendesak China agar bergabung dengan aksi global dalam mempromosikan perdamaian dan menghentikan invasi Rusia ke Ukraina.

Berbicara di lembaga think tank Lowy Institute, Morrison menyinggung klaim China yang tentang perannya menjadi kontributor perdamaian dan stabilitas global.

"China telah lama mengklaim memiliki peran sebagai salah satu kekuatan besar di dunia dan menjadi kontributor perdamaian dan stabilitas global. Tidak ada negara yang akan memiliki dampak lebih besar dalam menyelesaikan perang mengerikan di Ukraina ini selain China," kata Morrison, seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Di Tengah Invasi Rusia ke Ukraina, China Gelar Latihan Perang di Laut China Selatan Dekat Vietnam

Dalam pidatonya, Morrison juga mengaku kecewa dengan sikap China yang lebih banyak diam selama invasi Rusia yang telah berlangsung sejak 24 Februari lalu.

"Saya mendengar suara pemerintah China dalam mengutuk aksi Rusia, dan ada keheningan yang mengerikan," katanya.

Bagi Morrison, serangan Rusia jelas merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Invasi Rusia ke Ukraina juga dilihatnya sebagai contoh terbaru dari rezim otoriter yang berusaha menantang status quo melalui ancaman dan kekerasan.

Sikap China saat ini adalah menolak menyebut serangan Rusia ke Ukraina sebagai invasi. Sebaliknya, China meminta negara-negara Barat untuk menghormati masalah keamanan sah milik Rusia. China juga menyerukan adanya negosiasi untuk mengakhiri masalah tersebut.

BERITA REKOMENDASI

Saat ini sebagian besar negara telah memutuskan perdagangan dengan Rusia. Perusahaan pembayaran seperti Visa dan Mastercard juga telah menangguhkan operasinya di sana.

Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina: Satu Keluarga Tewas, Presiden Ukraina Bersumpah Balas Dendam

Sebaliknya, China justru melonggarkan tarif gandum ke Rusia dan mungkin memasok sistem UnionPay-nya.

"Bagi saya, ini benar-benar mengejutkan, dengan kepentingan internasional yang lebih luas. Selama mereka bertaruh setiap cara untuk ini, maka saya khawatir pertumpahan darah akan terus berlanjut," tambah Morrison.

Lebih lanjut, Morrison melihat tatanan otokrasi China dan Rusia saat ini telah secara naluriah berjalan secara beriringan dan berupaya menantang serta mengatur ulang tatanan dunia berdasarkan visi mereka sendiri.

Sumber: Kontan


Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas