Ukraina Mulai Evakuasi Warga Sipil dari 2 Kota yang Terkepung
Ukraina mulai mengevakuasi warga sipil dari kota-kota yang terkepung Rusia yakni di kota Sumy dan kota Irpin dekat ibu kota Kyiv.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Ukraina mulai mengevakuasi warga sipil dari kota-kota yang terkepung pada Selasa (8/3/2022).
Evakuasi dimulai setelah Rusia mengizinkan pembuatan "koridor kemanusiaan", yang memungkinkan warga sipil dapat meninggalkan kota-kota yang dikepung oleh Rusia.
Ukraina juga meminta Rusia untuk menyembunyikan senjatanya, sehingga orang dapat pergi dengan selamat.
Dikutip dari CNA, penduduk mulai meninggalkan Kota Sumy di timur laut dan kota Irpin dekat ibu kota Kyiv.
"Kami sudah memulai evakuasi warga sipil dari Sumy ke Poltava (di Ukraina tengah), termasuk mahasiswa asing," kata kementerian luar negeri Ukraina dalam sebuah tweet.
"Kami menyerukan Rusia untuk menegakkan komitmen gencatan senjata, untuk menahan diri dari kegiatan yang membahayakan kehidupan orang dan untuk mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan," jelasnya.
Baca juga: Ukraina Klaim 11.000 Tentara serta Dua Komandan Tinggi Rusia Tewas, 1.000 Kendaraan Lapis Baja Rusak
Baca juga: Ukraina Klaim 2 Jenderal Rusia Tewas dalam Seminggu, Sejumlah Perwira Senior Dilaporkan Terluka
Dmytro Zhyvytsky, gubernur wilayah Sumy, mengatakan dalam sebuah pernyataan video bahwa kolom kedua warga sipil akan meninggalkan Sumy sekitar pukul 11.00 GMT.
Oleksiy Kuleba, gubernur wilayah Kyiv, mengatakan lebih dari 150 orang telah dievakuasi dari Irpin pada 07.30 GMT.
Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk mengatakan 30 bus juga sedang dalam perjalanan untuk mengumpulkan pengungsi dari kota pelabuhan Mariupol.
Ada tanda-tanda pasukan Rusia menembak ke arah rute bantuan kemanusiaan, tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Dikutip dari CNN, koridor kemanusiaan ini berada di antara Sumy dan kota Poltava di Ukraina, perjalanan yang jaraknya kurang dari 100 mil.
"Rute ini telah disetujui oleh pihak Ukraina dan Rusia," kata Dmytro Lunin, kepala administrasi regional Poltava, di saluran Telegramnya.
"Rezim gencatan senjata adalah dari pukul 09:00 sampai 21:00 waktu Kyiv. Ukraina menganutnya," katanya.
Lunin menambahkan bahwa beberapa lusin bus telah meninggalkan Lokhvytsia, sebuah kota di barat daya Sumy, untuk menjemput warga sipil.
Lalu, 20 ton bantuan kemanusiaan termasuk makanan dan obat-obatan juga telah dikirim.
"Kami akan menyambut orang, memberi mereka makan," kata Lunin.
"Kami sedang mengevakuasi warga sipil, termasuk mahasiswa asing."
"Setelah itu mereka akan pergi ke barat negara itu. Bantuan kemanusiaan juga harus tiba di Sumy melalui koridor kemanusiaan ini, makanan dan obat-obatan," terangnya.
Warga sipil telah terperangkap dalam pertempuran sejak pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
Para pejabat mengatakan makanan, air, dan persediaan lainnya telah menipis di beberapa kota.
Beberapa daerah telah mengalami pemboman berat.
Masih dikutip dari CNA, pihak berwenang di wilayah Sumy mengatakan 21 warga sipil, termasuk dua anak-anak, tewas dalam serangan udara Rusia di jalan perumahan di Sumy pada Senin (7/3/2022) malam.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy mengatakan seorang anak meninggal karena dehidrasi di Mariupol.
Baca juga: Rusia Rilis Negara-negara yang Dianggap Tidak Bersahabat, Ini Daftarnya
Baca juga: AS Sebut Rusia akan Rekrut Warga Suriah untuk Perang di Ukraina
Kematian anak itu tidak dapat segera dikonfirmasi secara independen.
Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata tetangganya dan menangkap para pemimpin yang disebutnya "neo-Nazi".
Ia membantah menargetkan warga sipil.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan koridor telah dibuka untuk mengevakuasi orang-orang dari Kyiv, Chernihiv, Sumy, Kharkiv dan Mariupol, dan bahwa pasukan Rusia di Ukraina telah memperkenalkan "rezim diam" mulai pukul 07.00 GMT, kantor berita Interfax melaporkan.
Tapi pada hari Senin Ukraina menolak proposal Rusia untuk mengevakuasi Ukraina ke Rusia atau Belarus, sekutu Rusia.
Zhyvytsky mengatakan pada hari Selasa bahwa tidak mungkin untuk menyepakati pembentukan koridor kemanusiaan lainnya tetapi tidak memberikan rincian.
Koridor kemanusiaan dari Mariupol gagal pada hari Sabtu dan Minggu, dengan masing-masing pihak menuduh yang lain terus menembak.
Orang-orang yang mencoba melarikan diri dari Irpin pada hari Minggu ditangkap dalam penembakan Rusia, kata saksi mata Reuters.
Sekitar 2 juta pengungsi telah melarikan diri dari Ukraina ke negara lain, kata Filippo Grandi, kepala badan pengungsi PBB.
(Tribunnews.com/Yurika)