Australia Umumkan Sanksi untuk 33 Elite Rusia Beserta Keluarganya, Bos Chelsea Masuk Daftar
Pemerintah Australia memberlakukan sanksi baru yang menargetkan 33 pengusaha Rusia sekaligus anggota keluarga mereka.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Australia memberlakukan sanksi baru yang menargetkan 33 pengusaha Rusia sekaligus anggota keluarga mereka.
Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne, Senin (14/3/2022).
Adapun daftar orang-orang yang dijatuhi sanksi itu diantaranya, pemilik Chelsea Football Club Roman Abramovich, CEO Gazprom Alexey Miller, Ketua Bank Rossiya Dmitry Lebedev, CEO Rostec Sergey Chemezov, CEO Transneft Nikolay Tokarev, Ketua VEB.RF Igor Shuvalov dan Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev.
"Sanksi yang diumumkan hari ini memperkuat komitmen Australia untuk memberikan sanksi kepada orang-orang yang telah mengumpulkan kekayaan pribadi yang besar dan memiliki arti ekonomi dan strategis bagi Rusia, termasuk sebagai akibat dari hubungan mereka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin," kata pernyataan itu, dikutip dari kantor berita Rusia, TASS.
Baca juga: Pertempuran Sengit di Irpin, Pasukan Ukraina Menembak ke Segala Arah untuk Menghalau Rusia
Baca juga: Jika Zona Larangan Terbang Tidak Diperkenalkan di Ukraina Rudal Rusia akan Hantam Negara-negara NATO
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden AS Joe Biden sepakat untuk memperkuat sanksi terhadap Rusia.
Dalam sebuah panggilan telepon pada Minggu (13/3/2022), kedua pemimpin dunia ini menegaskan kembali dukungannya terhadap Ukraina.
Baik Biden dan Macron akan bergabung dalam upaya untuk mengakhiri pertempuran, menurut pernyataan Istana Elysee.
Macron juga menyampaikan belasungkawa atas kematian jurnalis Amerika Brent Renaud yang meninggal saat meliput perang di Ukraina.
Tidak jelas sanksi apa yang dibicarakan keduanya.
Sehari sebelumnya, pemimpin Prancis itu berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencapai gencatan senjata.
Pada 24 Februari lalu, Putin meluncurkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Sebelumnya, Putin mengaku kemerdekaan dua wilayah separatis Ukraina.
Pemimpin Rusia ini menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.
Setelah operasi militer itu, AS, Uni Eropa, dan sejumlah negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap badan hukum dan individu Rusia.