Penasihat Presiden Ukraina Prediksi Invasi Rusia akan Berakhir Mei 2022, Ini Alasannya
Invasi militer Rusia ke Ukraina diprediksi akan berakhir pada awal Mei ketika Rusia kehabisan sumber daya untuk menyerang.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Invasi militer Rusia ke Ukraina diprediksi akan berakhir pada awal Mei ketika Rusia kehabisan sumber daya untuk menyerang.
Demikian dikemukakan Oleksiy Arestovich, Penasihat Kepala Staf Presiden Ukraina.
Pembicaraan antara kedua negara yang berperang sejauh ini hanya menghasilkan sedikit kesimpulan selain beberapa koridor kemanusiaan dari kota-kota Ukraina yang terkepung.
Dalam sebuah video yang dirilis beberapa media Ukraina, Arestovich pada Senin (14/3/2022) waktu setempat, menyatakan waktu yang tepat akan tergantung pada seberapa banyak sumber daya yang Rusia berikan untuk invasi ke Ukraina.
“Saya pikir paling lambat Mei, awal Mei, kita harus memiliki kesepakatan damai, mungkin jauh lebih awal, kita akan lihat, saya berbicara tentang kemungkinan tanggal terbaru,” kata Arestovich, seperti dikutip Reuters.
“Kami berada di persimpangan jalan sekarang: akan ada kesepakatan damai yang dicapai dengan sangat cepat, dalam satu atau dua minggu, dengan penarikan pasukan dan segalanya," ujarnya.
Baca juga: Rusia-Ukraina Sepakat Sembilan Koridor Untuk Evakuasi Warga Sipil Dari 4 Kota
"Atau, akan ada upaya untuk menyatukan beberapa, katakanlah, warga Suriah putaran kedua dan, ketika kami mengerjakannya juga, kesepakatan pada pertengahan April atau akhir April,” ungkap dia.
Skenario "benar-benar gila" juga bisa melibatkan Rusia mengirim wajib militer baru setelah satu bulan pelatihan, Arestovich menambahkan.
Tapi, bahkan setelah perdamaian disepakati, bentrokan taktis kecil bisa tetap mungkin terjadi selama satu tahun ke depan, menurut Arestovich, meskipun Ukraina bersikeras pada pemindahan total pasukan Rusia dari wilayahnya.
Perang di Ukraina dimulai pada 24 Februari ketika Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan apa yang dia sebut “operasi militer khusus”, serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Polandia Khawatir
Sementara itu, Polandia kini mulai khawatir perang Ukraina merambat ke wilayahnya, mengingat kedua negara ini berbatasan secara langsung.
Polandia juga harus memutar otak di tengah tingginya jumlah pengungsi Ukraina yang masuk ke negaranya.
Mengutip BBC, data terbaru PBB mencatat, Polandia telah menjadi rumah baru bagi lebih dari 1,7 juta warga Ukraina yang lari dari perang.
Polandia juga menjadi negara pertama yang membuka pintu bagi para pengungsi sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari lalu.
Kekhawatiran Polandia memuncak setelah sebuah pangkalan militer Ukraina yang dekat dengan wilayahnya diserang pasukan Rusia akhir pekan lalu. Rusia membom sebuah pangkalan militer Ukraina di Yavoriv, berjarak hanya 16 km dari perbatasan Polandia.
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan, tentara Ukraina pantas mendapatkan dukungan Barat.
Menurutnya, tentara Ukraina saat ini juga berjuang untuk kebebasan Eropa Timur.
Penghubung Barat dan Ukraina
Secara geografis, Polandia adalah wilayah strategis bagi aliansi Barat dan NATO. Negara ini sekarang dianggap jadi bagian terkuat dari rantai yang menghubungkan Barat dengan Ukraina.
Selama perang berlangsung, sebagian besar pengiriman senjata Barat ke Ukraina dilakukan melalui Polandia. Pada Sabtu (12/3), Rusia bahkan menyebut konvoi persenjataan itu sebagai target militer yang sah.
Menurut piagam NATO, serangan terhadap salah satu negaranya akan dianggap sebagai serangan terhadap semua. Serangan terhadap Polandia dipastikan akan menyulut balasan militer langsung dari NATO.
Sumber: Reuters/BBC/Kontan