Analis Yakin China Tak Mau Terseret Konflik Rusia-Ukraina demi Kepentingannya
Sejumlah analis meyakini bahwa China tidak akan membiarkan negaranya terseret dalam konflik Rusia-Ukraina dengan membantu Moskow.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
Beijing menyatakan pihaknya mengakui kedaulatan Ukraina, tetapi juga khawatir dengan keamanan Moskow terkait ekspansi NATO ke arah timur.
Long Jing, wakil direktur Shanghai Institutes for International Studies’ Centre for European Studies, mengatakan China memiliki cara berbeda untuk 'terlibat'.
"Perbedaan terbesar adalah China tidak condong ke negara tertentu, atau hanya mendengarkan seruan satu negara. Sebaliknya, Beijing terus-menerus memanggil semua pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan. Saya kira ini juga merupakan cara bagi China untuk berperan," jelasnya.
Bertemu dengan penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan di Roma pada Senin, diplomat tinggi China Yang Jiechi menyebut pihaknya netral dalam perang Ukraina.
Sebelumnya, sikap abstain China dalam pemungutan suara PBB untuk menuntut diakhirinya agresi militer Rusia, membuat Barat memandang Beijing sebagai sekutu Moskow.
Namun, China akan menghadapi risiko besar jika membantu negara pimpinan Putin ini.
Baca juga: Sejumlah Bantuan Militer Dikirim Sekutu ke Ukraina, Drone hingga Sistem Rudal Pertahanan Udara
Baca juga: Pangkalan Militer Ukraina Diserang Rusia, Tentara yang Selamat Sebut dari 200 Orang 90% Tak Selamat
Menurut laporan CNN, para ahli percaya posisi Beijing semakin tidak dapat dipertahankan karena dua alasan ini:
1. Ancaman Ekonomi
Jika China memberikan dukungan kepada Rusia, itu bisa melanggar sanksi Barat.
Perusahaan China yang terlibat, terancam hukuman sekunder yang akan mengancam mereka di pasar global.
2. Ancaman Diplomatik
Sikap Beijing dapat menenggelamkan hubungan antara China dan mitra dagang utamanya di Barat.
Perdagangan antara Uni Eropa dan China mencapai $800 miliar tahun lalu dan perdagangan AS-China lebih dari $750 miliar, menurut data resmi China, sementara perdagangannya dengan Rusia hanya di bawah $150 miliar.
Bahkan sebelum perang, hubungan AS-China memburuk karena masalah-masalah seperti perdagangan, Taiwan, dan catatan hak asasi manusia Beijing.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)