Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Analis Yakin China Tak Mau Terseret Konflik Rusia-Ukraina demi Kepentingannya

Sejumlah analis meyakini bahwa China tidak akan membiarkan negaranya terseret dalam konflik Rusia-Ukraina dengan membantu Moskow.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Analis Yakin China Tak Mau Terseret Konflik Rusia-Ukraina demi Kepentingannya
Alexei Druzhinin / Sputnik / AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden China Xi Jinping berfoto selama pertemuan mereka di Beijing, pada 4 Februari 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah analis meyakini bahwa China tidak akan membiarkan negaranya terseret dalam konflik Rusia-Ukraina dengan membantu Moskow.

Sebelumnya, Menlu AS Antony Blinken mengaku khawatir Beijing akan membantu Moskow dengan pasokan peralatan militer.

Menyusul hal ini, Presiden AS Joe Biden melakukan panggilan telepon dengan Presiden China Xi Jinping untuk membahas soal konflik.

Dalam pembicaraan itu, Biden disebut memperingatkan Xi bahwa China akan menerima konsekuensi jika mendukung agresi Rusia.

Namun, analis China dan AS menilai Beijing tidak mungkin akan membantu Moskow, mengingat hal itu akan menjerumuskannya sendiri.

Baca juga: China akan Menghadapi Dua Ancaman Ini Jika Berani Membantu Rusia

Baca juga: Zelensky Peringatkan Dampak Jika Invasi Rusia Tak Kunjung Sepakati Damai

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping saat bertemu pada 3 September 2017 silam.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping saat bertemu pada 3 September 2017 silam. (mfa.gov.cn)

Negara di Asia Timur ini tengah memprioritaskan pembangunan ekonominya di atas kepentingan lain.

"Di panggung dunia, China tampaknya menjadi satu-satunya teman yang tersisa dari Rusia. Tetapi, akan menjadi kesalahan untuk melebih-lebihkan kekuatan persahabatan Tiongkok-Rusia yang tampak seperti itu," kata Allen Carlson, profesor di departemen pemerintahan Universitas Cornell.

BERITA REKOMENDASI

"Presiden Xi Jinping sangat tidak mungkin membiarkan China terseret ke dalam konflik dengan memberikan dukungan militer langsung ke Rusia," ujarnya, dilansir SCMP

Carlson menilai, Beijing bisa menjadi mediator antara Moskow dan Kyiv, meskipun kecil kemungkinannya.

“Masalah yang paling penting dalam konflik bagi Beijing bukanlah mengakhiri perang atau memperkuat persahabatan tetapi melindungi kepentingan China sendiri. Sejauh ini, tampaknya Xi belum sampai pada kesimpulan tentang apa itu," kata Carlson.

Presiden Rusia Vladimir Putin sempat mengunjungi Beijing untuk Olimpiade Musim Dingin bulan lalu.

Putin dan Xi saat itu menyepakati persahabatan 'tanpa batas' melalui pernyataan bersama yang juga mengatakan hubungan bilateral "lebih unggul daripada aliansi politik dan militer Perang Dingin".


Sejumlah pejabat AS baru-baru ini melaporkan bahwa Rusia meminta bantuan ekonomi dan militer dari China.

Diketahui, China berusaha netral dengan tidak mengutuk militer Rusia atau menyebutnya sebagai invasi.

Beijing menyatakan pihaknya mengakui kedaulatan Ukraina, tetapi juga khawatir dengan keamanan Moskow terkait ekspansi NATO ke arah timur.

Long Jing, wakil direktur Shanghai Institutes for International Studies’ Centre for European Studies, mengatakan China memiliki cara berbeda untuk 'terlibat'.

"Perbedaan terbesar adalah China tidak condong ke negara tertentu, atau hanya mendengarkan seruan satu negara. Sebaliknya, Beijing terus-menerus memanggil semua pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan. Saya kira ini juga merupakan cara bagi China untuk berperan," jelasnya.

Bertemu dengan penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan di Roma pada Senin, diplomat tinggi China Yang Jiechi menyebut pihaknya netral dalam perang Ukraina.

Sebelumnya, sikap abstain China dalam pemungutan suara PBB untuk menuntut diakhirinya agresi militer Rusia, membuat Barat memandang Beijing sebagai sekutu Moskow.

Namun, China akan menghadapi risiko besar jika membantu negara pimpinan Putin ini.

Prajurit Ukraina mengevakuasi seorang wanita tua dengan tandu dari kota Irpin pada 13 Maret 2022. - Pasukan Rusia bergerak semakin dekat ke ibu kota dari utara, barat dan timur laut. Serangan Rusia juga menghancurkan sebuah bandara di kota Vasylkiv, selatan Kyiv. Seorang wartawan AS ditembak mati dan seorang lagi terluka di Irpin, pinggiran barat laut Kyiv, kata petugas medis dan saksi mata kepada AFP. (Photo by Aris Messinis / AFP)
Prajurit Ukraina mengevakuasi seorang wanita tua dengan tandu dari kota Irpin pada 13 Maret 2022. - Pasukan Rusia bergerak semakin dekat ke ibu kota dari utara, barat dan timur laut. Serangan Rusia juga menghancurkan sebuah bandara di kota Vasylkiv, selatan Kyiv. Seorang wartawan AS ditembak mati dan seorang lagi terluka di Irpin, pinggiran barat laut Kyiv, kata petugas medis dan saksi mata kepada AFP. (Photo by Aris Messinis / AFP) (AFP/ARIS MESSINIS)

Baca juga: Sejumlah Bantuan Militer Dikirim Sekutu ke Ukraina, Drone hingga Sistem Rudal Pertahanan Udara

Baca juga: Pangkalan Militer Ukraina Diserang Rusia, Tentara yang Selamat Sebut dari 200 Orang 90% Tak Selamat

Menurut laporan CNN, para ahli percaya posisi Beijing semakin tidak dapat dipertahankan karena dua alasan ini:

1. Ancaman Ekonomi

Jika China memberikan dukungan kepada Rusia, itu bisa melanggar sanksi Barat.

Perusahaan China yang terlibat, terancam hukuman sekunder yang akan mengancam mereka di pasar global.

2. Ancaman Diplomatik

Sikap Beijing dapat menenggelamkan hubungan antara China dan mitra dagang utamanya di Barat.

Perdagangan antara Uni Eropa dan China mencapai $800 miliar tahun lalu dan perdagangan AS-China lebih dari $750 miliar, menurut data resmi China, sementara perdagangannya dengan Rusia hanya di bawah $150 miliar.

Bahkan sebelum perang, hubungan AS-China memburuk karena masalah-masalah seperti perdagangan, Taiwan, dan catatan hak asasi manusia Beijing.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas