Belum Taklukkan Ukraina, Analis Ungkap 4 Kesalahan Militer Rusia, Remehkan Lawan hingga Logistik
Banyak analis militer Barat terkejut dengan kinerja militer Rusia di medan perang dengan serangan Rusia ke Ukraina memasuki minggu ketiga.
Editor: Sanusi

Sebagian besar analis militer berasumsi bahwa pasukan penyerang akan dengan cepat memperoleh keunggulan dari udara, tetapi ternyata tidak. Pertahanan udara Ukraina masih terbukti efektif, membatasi kemampuan Rusia untuk bermanuver.
Seorang pejabat senior intelijen Barat mengatakan kepada BBC bahwa Rusia berpikir dapat mendominasi dengan mengerahkan unit-unit yang lebih ringan. Penggunaan ujung tombak pertahanan, seperti Spetsnaz dan pasukan terjun payung VDV, akhirnya dikesampingkan.
Namun dalam beberapa hari pertama serangan helikopter Rusia di Bandara Hostomel, tepat di luar Kyiv, berhasil digagalkan. Ini menghalangi Rusia membawa pasukan, peralatan dan pasokan. Rusia akhirnya harus mengangkut logistiknya sebagian besar melalui jalan darat.
Kegagalan itu membuat kemacetan lalu lintas hingga menciptakan “titik kumpul” armada, yang kemudian menjadi sasaran empuk bagi pasukan Ukraina untuk menyergap.
Baca juga: Daftar 6 Negara yang Masih Ingin Bersahabat dengan Rusia saat Putin Serang Ukraina, Siapa Saja?
Beberapa kendaraan baja militer Rusia sempat keluar dari jalan utama Ukraina, namun mereka justru terjebak dalam lumpur. Gambaran ini memperkuat citra “macetnya operasi militer Rusia”.
Sementara itu, barisan lapis baja panjang Rusia dari utara yang ditangkap oleh satelit masih gagal mengepung Kyiv. Kemajuan yang paling signifikan datang dari selatan, di mana ia mampu menggunakan jalur kereta api untuk memasok pasukannya.
Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, mengatakan kepada BBC bahwa pasukan Presiden Putin "telah kehilangan momentum. Mereka terjebak dan perlahan tapi pasti menderita kerugian signifikan."
Kemerosotan moral personel
Rusia mengumpulkan sekitar 190,00 kekuatan pasukannya di perbatasan selama beberapa minggu sebelum serangan ke Ukraina. Sebagian besar dari mereka berkomitmen untuk pertempuran, tapi dilaporkan kini sekitar 10 persen dari kekuatan itu sudah hilang.
Tidak ada angka yang dapat dijadikan acuan untuk skala kerugian Rusia atau Ukraina. Ukraina mengklaim telah membunuh 14.000 tentara Rusia, meskipun AS memperkirakan jumlahnya mungkin hanya setengah dari itu.

Para pejabat Barat mengatakan ada bukti kemerosotan moral di antara pasukan militer Rusia, dengan satu mengatakan moral mereka "sangat, sangat, rendah".
Yang lain mengatakan pasukan itu "kedinginan, lelah dan lapar". Pasalnya, mereka sudah menunggu di salju selama berminggu-minggu di perbatasan Belarus dan Rusia, sebelum akhirnya diberi perintah untuk menyerang.
Rusia terpaksa mencari lebih banyak pasukan untuk menebus kehilangan personel, termasuk bergerak mencari ke unit cadangan di timur jauh negara itu dan Armenia.
Para pejabat Barat meyakini "sangat mungkin" bahwa pasukan asing dari Suriah akan segera bergabung dalam pertempuran, bersama dengan tentara bayaran dari kelompok rahasia Wagner. Seorang pejabat senior militer NATO mengatakan ini adalah tanda bahwa Rusia harus menggali lebih di batalionnya.