Pimpinan BKSAP DPR Beberkan Alasan Delegasi Rusia dan Ukraina Tak Hadiri Sidang IPU di Bali
Putu Supadma Rudana mengatakan, hadir atau tidaknya delegasi merupakan hak dari masing-masing negara yang tergabung dalam keanggotaan IPU
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Pimpinan Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI mengungkap alasan delegasi parlemen dari Ukraina dan Rusia tidak menghadiri Sidang Inter-Parliamentary Union atau IPU ke-144 di Nusa Dua, Bali.
Wakil Ketua BKSAP DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakan, hadir atau tidaknya delegasi merupakan hak dari masing-masing negara yang tergabung dalam keanggotaan IPU sebanyak 178 negara.
Dijelaskan Putu, pihaknya selalu bertemu dengan para Duta Besar (Dubes) maupun para delegasi saat melakukan kunjungan diplomasi ke luar negeri atau setiap sidang-sidang di luar negeri untuk mengundang parlemen dari Ukraina dan Rusia hadir IPU 144 di Bali, Indonesia.
"Tentu, itu merupakan hak mereka untuk hadir atau tidak hadir. Tapi kita selalu ingin mencari solusi yang terbaik untuk menuju perdamaian," kata Putu di Bali International Convention Centre, Minggu (20/3/2022) malam.
Baca juga: Matematikawan Ukraina Bunuh Diri di Moskwa, Usai Tak Diizinkan Tinggalkan Rusia untuk Bela Negaranya
Putu mengungkapkan, awalny mereka sangat ingin hadir Sidang IPU 144 yang diselenggarakan di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua Bali.
Menurutnya, promosi ini sudah dilakukan sejak kegiatan IPU di Madrid maupun Romo dulu.
"Tapi situasi mungkin belum memungkinkan. Mereka tentu kita mendorong saya yakin kedua negara ini juga dalam tahapan untuk mencari satu titik temu jalur perdamaian," ujar legislator dapil Bali ini.
Baca juga: Di Pembukaan IPU ke-144, Puan Dorong Perang di Ukraina Dihentikan
Baca juga: Buka Sidang IPU ke-144, Presiden Jokowi: Kita Menghadapi Hal yang Mengerikan
Baca juga: Ajang Bergengsi MotoGP di Mandalika Paripurna, Jokowi: Terima Kasih Masyarakat NTB
Sementara, lanjut dia, IPU sudah mendorong dan melalui parlemen ini tidak mau hanya sekadar menyalahkan, namun menggunakan soft power diplomacy dan tidak mau dengan kekerasan.
Sebab, fokusnya bagaimana betul-betul mendorong agar terwujudnya perdamaian di kawasan tersebut, khususnya Ukraina.
"Kita ingin selalu menyampaikan bahwa yang terbebani pasti masyarakat, bahwa yang dirugikan masyarakat dunia. Karena dampak peperangan ini bukan hanya masyarakat Ukraina dan Rusia saja, tapi ini dampaknya kepada masyarakat dunia. Kita berdoa momentum ini mudah-mudahan untuk mengembalikan perdamaian dan kedamaian di dunia," tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.