Putin Tuduh Barat Ingin Boikot Budaya Rusia, Bandingkan dengan Nazi hingga Singgung JK Rowling
Presiden Rusia, Vladimir Putin menuduh Barat berusaha melakukan cancel culture atau mengenyahkan budaya musik dan sastra Rusia.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin menuduh Barat berusaha melakukan cancel culture atau mengenyahkan budaya musik dan sastra Rusia.
Pada pertemuan yang disiarkan televisi bersama tokoh budaya terkemuka Rusia pada Jumat (25/3/2022), Putin membandingkan pemboikotan sejumlah acara budaya Rusia dalam beberapa pekan terakhir dengan tindakan Nazi Jerman pada 1930an.
"Hari ini, mereka mencoba untuk men-cancel negara berusia seribu tahun," kata Putin, dikutip dari Al Jazeera.
"Saya berbicara tentang diskriminasi progresif terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Rusia, tentang tren yang sedang berlangsung di sejumlah negara Barat, dengan kerjasama penuh dan terkadang dengan dorongan dari elit Barat," tambah Putin.
"Pepatah 'cancel culture' telah menjadi pembatalan budaya," kata dia.
Baca juga: Alasan Indonesia Tetap Undang Vladimir Putin di KTT G20 meski Ditekan Sejumlah Negara
Baca juga: Rusia Disebut Ubah Haluan, Tak Bidik Kyiv Tapi akan Pusatkan Kekuatan di Wilayah Ukraina Timur
Ia menambahkan bahwa karya-karya komposer Rusia dikeluarkan dari konser dan buku-buku karya penulis Rusia "dilarang".
"Terakhir kali kampanye massal untuk menghancurkan literatur yang tidak diinginkan dilakukan oleh Nazi di Jerman hampir 90 tahun yang lalu, buku-buku dibakar tepat di alun-alun," kata Presiden Rusia ini.
Putin dijatuhi sejumlah sanksi dari Barat sejak mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Akibatnya, Rusia semakin terisolasi secara politik dan finansial, bahkan meluas ke bidang olahraga hingga budaya.
Bicara soal cancel culture, Putin menyinggung JK Rowling, penulis Inggris yang dikritik publik karena berkomentar soal transgender.
"Belum lama ini penulis JK Rowling di-cancel karena dia, seorang penulis buku yang telah terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia, tidak menyenangkan para penggemar yang disebut 'kebebasan gender'," kata Putin.
Sejumlah acara yang melibatkan tokoh budaya Rusia yang menyuarakan dukungan untuk perang diboikot.
Salah satunya acara yang melibatkan Valery Gergiev, Direktur Umum Teater Mariinsky St Petersburg, yang berbicara dengan Putin selama pertemuan pada Jumat.
Gergiev diberhentikan sebagai kepala konduktor dari Munich Philharmonic.
Ia juga kehilangan kesempatan untuk memimpin di La Scala Milan karena tidak mengutuk invasi Rusia.
Selain itu, sejumlah acara dibatalkan karena ada hubungannya dengan tokoh budaya Rusia yang telah wafat.
Cardiff Philharmonic Orchestra mengeluarkan karya Tchaikovsky dari programnya.
Menurut laporan media, gerakan serupa diambil oleh orkestra di Jepang dan Kroasia.
Teatro Real Spanyol, salah satu gedung opera besar Eropa, membatalkan pertunjukan Balet Bolshoi Rusia akhir tahun ini.
Rumah lelang Christie's, Sotheby's dan Bonhams telah membatalkan penjualan seni Rusia di London.
Rusia Kini Prioritaskan Donbass
Amerika Serikat menilai Rusia memprioritaskan untuk menguasai wilayah Ukraina timur, daripada Ibu Kota Kyiv.
Pada Jumat (25/3/2022), Rusia mengatakan bahwa fase pertama operasi militernya sebagian besar telah selesai dan akan fokus untuk membebaskan wilayah Donbass, Ukrania timur.
Donbass yang meliputi wilayah Donetsk dan Luhansk, dikuasai kelompok separatis yang didukung Moskow.
Donbass sebelumnya telah diakui Presiden Vladimir Putin sebagai wilayah yang merdeka.
Dilansir Reuters, pengumuman terbaru dari Rusia itu mengisyaratkan bahwa Moskow beralih ke tujuan yang lebih terbatas, setelah mengalami perlawanan sengit dari pasukan Ukraina.
Pejabat senior AS menduga, pergerakan pasukan Rusia di lapangan sudah mengikuti pengumuman terbaru.
"Mereka memprioritaskannya (Donbass) dan kami setuju, informasi kami akan setuju, dengan itu," kata pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, kepada wartawan.
Baca juga: Tujuan Pertama Operasi Militer Rusia di Ukraina Selesai, Lanjut Bebaskan Wilayah Donbass
Baca juga: Vladimir Putin Perintahkan Tentara Rusia Harus Menang Perang Lawan Ukraina pada 9 Mei, Ini Alasannya
Lebih lanjut, pejabat ini mengatakan AS melihat bahwa pasukan Rusia menjadi lebih agresif di daerah Donbass.
"Mereka tentu saja menjadikannya (Donbass) prioritas yang lebih tinggi dalam daftar mereka," tambahnya.
Menurut analis militer, membingkai ulang tujuan Rusia dapat memudahkan Presiden Vladimir Putin mengklaim kemenangan untuk menyelamatkan reputasinya.
Sejak awal invasi, Moskow mengatakan tujuannya untuk demiliterisasi Ukraina.
Para pejabat Barat menganggap ini sebagai dalih tak berdasar untuk menggulingkan pemerintah Ukraina.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)