Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WHO Catat 72 Serangan Menyasar Fasilitas Kesehatan di Ukraina

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan verifikasi pada 72 serangan yang menyasar fasilitas kesehatan di Ukraina, termasuk 71 kematian.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
zoom-in WHO Catat 72 Serangan Menyasar Fasilitas Kesehatan di Ukraina
AFP/ARIS MESSINIS
Asap mengepul setelah serangan Rusia di pusat perbelanjaan Retroville dan distrik perumahan Kyiv pada 21 Maret 2022. - Sedikitnya enam orang tewas dalam pemboman semalam di sebuah pusat perbelanjaan di ibukota Ukraina, Kyiv, kata seorang wartawan AFP, dengan tim penyelamat. menyisir puing-puing untuk mencari korban lainnya. (Photo by ARIS MESSINIS / AFP) 

Begitu pula di Mariupol, dengan populasi sekitar 500.000, 90 persen bangunannya mengalami kerusakan.

"Mereka (Pasukan Rusia) pergi ke sana dan membakar, hanya membakar. Saya bahkan tidak tahu siapa lagi yang diperlakukan seperti itu oleh Tentara Rusia, sebelumnya saya tidak pernah melihatnya. Mungkin, saya masih terlalu muda saat itu, dan perang di Chechnya, saya tidak begitu ingat semua fotonya. Itu mengerikan, tapi maaf, ini adalah skala yang tidak bisa kami bandingkan. Hari ini, ada dua perang sejauh ini," tegas Zelenskyy.

Sementara itu, Kepala Intelijen Militer Ukraina Kyrilo Budanov mengatakan Rusia mencoba memecah Ukraina menjadi dua bagian layaknya Korea yang terpisah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.

Dilansir dari Associated Press, dalam pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Ukraina, Minggu (27/3/2022), Kyrilo Budanov mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin menyadari bila mereka tidak bisa menguasai seluruh negara dan kemungkinan akan mencoba membagi Ukraina seperti yang terjadi di Korea.

Baca juga: Bagaimana Mesin Propaganda Ukraina Bekerja saat Rusia Menyerang Mereka?

Hal tersebut mengacu pada perpecahan yang telah berlangsung selama beberapa ekade antara Korea Utara dan Korea Selatan.

"Penjajah akan mencoba menarik wilayah yang diduduki ke dalam satu struktur kuasi-negara dan mengadunya dengan Ukraina yang merdeka," ujar Kyrilo Budanov.

Dia menunjuk pada upaya Rusia untuk mendirikan pmerintahan pararel di kota-kota yang diduduki dan melarang orang menggunakan mata uang Ukraina, hryvnia.

Berita Rekomendasi

Kyrilo Budanov memperkirakan perlawanan Ukraina akan tumbuh menjadi perang geriliya total dan akan menggagalkan upaya Rusia.

Sementara, seorang pemimpin separatis di Ukraina timur mengatakan wilayahnya, Lugansk, ingin mengadakan referendum atau pemungutan suara untuk bergabung dengan Rusia.

Leonid Pasechnik, pemimpin Republik Rakyat Lugansk dan daerah tetangga Donetsk sejak pemberontakan meletus di sana pada tahun 2014, tak lama setelah Moskow mengintegrasikan Semenanjung Krimea ke dalam wilayah Federasi Rusia menyusul referendum rakyat di Krimea.

Baca juga: Rangkuman Invasi Rusia Hari ke-32: Ukraina Rebut Beberapa Desa, Zelensky Mohon Bantuan Internasional

Moskow mengakui kemerdekaan Donetsk dan Lugansk pada 21 Februari dan kemudian memenuhi bantuan militer kedua wilayah itu dan melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.

Dalam pembicaraan dengan Ukraina, Moskow mendesak Ukraina untuk mengakui kedaulatan Rusia atas Krimea dan kemerdekaan wilayah Donetsk dan Luhansk atau Lugansk.

Pernyataan Pasechnik ini bisa menandakan pergeseran Posisi Rusia mengakui kemerdekaan kedua wilayah tersebut.

Sebelumnya pada 24 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk memulai invasi skala penuhnya ke Ukraina dan memulai perang.

Pasukan Rusia pun kemudian menembaki dan menghancurkan fasilitas infrastruktur utama, meluncurkan rudal dan serangan udara ke kota-kota serta desa-desa di Ukraina, menewaskan warga sipil.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas