Rusia Belum Berniat Gunakan Senjata Nuklir dalam Operasi Militer di Ukraina
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa tidak ada satu pihak pun di Rusia yang berpikir untuk menggunakan senjata nuklir
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa tidak ada satu pihak pun di Rusia yang berpikir untuk menggunakan senjata nuklir dalam operasi militer di Ukraina.
Dalam wawancaranya dengan PBS yang dikutip TASS hari Selasa (29/3/2022), Peskov juga dengan tegas mengatakan 'tidak' ketika ditanya apakah Presiden Vladimir Putin akan menggunakan senjata nuklir jika pihak ketiga terlibat dalam konflik di Ukraina.
"Saya tidak berpikir seperti itu. Tapi, dia (Putin) cukup berani untuk mengatakan 'jangan ikut campur, jika Anda melakukannya, kami memiliki semua kemungkinan untuk mencegahnya dan menghukum semua orang yang ikut campur," ungkap Peskov.
Baca juga: Amnesty International Sebut Invasi Rusia di Ukraina Pengulangan Perang Suriah
Tidak hanya itu, pernyataan Peskov juga menunjukkan seolah Rusia sama sekali tidak pernah mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir.
"Tidak ada yang berpikir untuk menggunakan, bahkan tentang gagasan menggunakan senjata nuklir," lanjutnya.
Penghinaan dari Biden
Dalam wawancaranya, Juru Bicara Kremlin turut menyayangkan sikap Presiden AS Joe Biden yang menyebut Putin tidak bisa lagi berkuasa di Rusia. Bagi Peskov, pernyataan tersebut merupakan penghinaan.
Baca juga: Kisruh Bayar Gas Alam Pakai Rubel, Rusia Tegaskan Tak Akan Pasok Gas ke Eropa Secara Gratis
"Ini cukup mengkhawatirkan. Pertama-tama, ini adalah penghinaan pribadi. Orang sulit membayangkan ada tempat untuk penghinaan pribadi dalam retorika seorang pemimpin politik, terutama pemimpin politik negara terbesar di dunia, Amerika Serikat. Kami sangat menyesal soal itu," ungkap Peskov, seperti dikutip TASS.
Pada hari Sabtu (26/3), Biden sempat melontarkan komentar yang menyebut Putin tidak bisa dibiarkan berkuasa di Rusia. Biden juga mengajak negara Demokrasi di seluruh dunia untuk bersatu melawan aksi otoriter.
Pernyataan tersebut jelas membuat panas Rusia yang merasa pemimpinnya telah direndahkan.
"Pernyataannya tentang apakah Putin tidak boleh atau harus berkuasa di Rusia tentu saja tidak dapat diterima. Bukan Presiden AS yang harus memutuskan siapa yang berkuasa atau tidak, tapi rakyat Rusia," pungkas Peskov.
Saat ini Kremlin telah menyadari betul bahwa negara-negara Eropa Barat, AS, Kanada, dan Australia telah memimpin perang melawan Rusia di bidang perdagangan dan ekonomi.
Sebagai buntut dari invasinya ke Ukraina, kini Rusia harus menerima kenyataan di mana hubungan keuangan mereka diblokir, serta banyak properti dan uang mereka yang disita.
Sumber: Kontan
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.