Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Medvedev Yakin Dolar AS dan Euro Takkan Lagi Dominasi Keuangan Dunia

Sanksi hebat yang dijatuhkan pada Rusia oleh AS, Uni Eropa, dan sekutu mereka terkait konflik Ukraina telah gagal melumpuhkan negara itu.

Penulis: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Medvedev Yakin Dolar AS dan Euro Takkan Lagi Dominasi Keuangan Dunia
AFP
Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Tatanan keuangan baru dunia akan segera berproses, dan negara barat tidak akan memiliki suara utama lagi di dalamnya.

Hal ini dikemukakan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, seperti dikutip Russia Today, Rabu (30/3/2022).

Sanksi hebat yang dijatuhkan pada Rusia oleh AS, Uni Eropa, dan sekutu mereka terkait konflik Ukraina telah gagal melumpuhkan negara itu.

“Sebaliknya, kembali ke barat seperti bumerang," tulis Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia di Telegram. "Ini menyakitkan bagi teman kita di Eropa dan luar negeri," imbuhnya.

Baca juga: Kisruh Bayar Gas Alam Pakai Rubel, Rusia Tegaskan Tak Akan Pasok Gas ke Eropa Secara Gratis

Baca juga: Tolak Permintaan Putin, Kanselir Jerman Tak Bersedia Bayar Gas Dalam Rubel

Baca juga: India Siap Potong Kompas, Tak Pakai Dolar AS Transaksi dengan Rusia

Sementara barat melanjutkan upaya sia-sia untuk membatasi Rusia, dunia secara bertahap bergerak menuju logika baru hubungan ekonomi global; menuju perbaikan sistem keuangan.

“Amerika bukan lagi penguasa planet bumi,” imbuhnya. Menurut Medvedev, AS dan UE telah "menodai reputasi mereka" lewat langkah memblokir cadangan bank sentral Rusia.

“Tidak mungkin mempercayai mereka yang membekukan rekening negara lain; mencuri aset bisnis dan milik pribadi orang lain, mengorbankan prinsip kesucian milik pribadi,” kata Medvedev.  

Berita Rekomendasi

Setelah pecahnya konflik di Ukraina pada akhir Februari, AS dan UE membekukan hampir setengah dari cadangan mata uang asing Rusia, senilai $300 miliar.

Washington membentuk Satuan Tugas khusus, KleptoCapture, untuk mengawasi penerapan sanksi terhadap Moskow dan menyita aset individu dan entitas yang melanggarnya.

Prospek meninggalkan dolar dan euro dalam transaksi perdagangan, menurut Medvedev kini menjadi semakin realistis.

“Era mata uang regional akan datang,” lanjutnya.  Rusia menegaskan selepas 31 Maret 2022, mereka hanya akan menerima pembayaran untuk gas dalam rubel.

Keputusan itu berlaku untuk negara-negara yang mereka nilai tidak bersahabat. Utamanya AS dan Uni Eropa.

Sementara Cina, India, dan Arab Saudi telah membahas peralihan ke yuan, rupee, dan mata uang rubel dalam perdagangan minyak mereka.

Meski begitu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan proses peralihan pembayaran rubel untuk pengiriman ekspor gas Rusia akan memakan waktu, dan tidak akan segera dimulai minggu ini.

“Proses ini lebih berlarut-larut karena alasan teknis,” katanya kepada wartawan, seraya menambahkan importir akan diberi waktu untuk menyesuaikan.

Awal pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengalihkan semua pembayaran untuk gas alam Rusia dari importir "tidak ramah" ke rubel, mulai 31 Maret.

Langkah ini menargetkan negara-negara yang mengobarkan perang ekonomi melawan Rusia dengan memberlakukan berbagai sanksi dan membekukan cadangan mata uang asing negara itu.

Eropa menjadi konsumen terbesar gas Rusia. Sebanyak 40 persen kebutuhan gas untuk industri dan pembangkit listrik di Eropa bergantung pasokan Rusia.

Negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Prancis menolak system pembayaran menggunakan rubel. Polandia bahkan telah memutuskan akan menghentikan impor migas dari Rusia.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas