Bertemu Menlu Rusia di China, Menteri Luar Negeri Indonesia Minta Perang Segera Dihentikan
Indonesia meminta Rusia menghentikan peperangan di Ukraina demi kemanusiaan karena dampaknya terhadap kemanusiaan sangat luar biasa.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia meminta Rusia menghentikan peperangan di Ukraina demi kemanusiaan karena dampaknya terhadap kemanusiaan sangat luar biasa.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi saat bertemu dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov di Tunxi, di China, pada Rabu (30/3/2022).
Kepada Lavrov, Retno menambahkan bahwa dampak peperangan juga berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi global.
“Indonesia mengharapkan negosiasi yang sedang berjalan sekarang ini terus dapat diteruskan dan mencapai hasil yang baik oleh karena itu diperlukan fleksibilitas agar negosiasi dapat membuahkan hasil yang baik,” ujar Retno di konferensi pers, Kamis (31/3/2022).
“Dan semua pihak harus berupaya agar perang segera berakhir dan situasi kemanusiaan tidak semakin memburuk,” lanjutnya.
Menlu RI mengatakan pertemuan ini adalah komunikasi yang kedua dengan Menlu Rusia, setelah sebelumnya ia juga telah melakukan pembicaraan per-telepon.
Menlu juga kembali menekankan kembali posisi prinsip Indonesia yang konsisten dipegang teguh oleh Indonesia.
Termasuk penghormatan terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB, seperti kedaulatan dan integritas wilayah.
Rusia kian mesra dengan China
Itu terlihat setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengunjungi China di tengah peperangan Rusia-Ukraina.
Pada kunjungannya, Rabu (30/3/2022) waktu setempat, Lavrov menegaskan bahwa Rusia dan China akan bersama membangun tatanan demokrasi dunia baru.
Sejak Rusia melakukan penyerangan ke Ukraina, China menjadi salah satu negara yang menolak mengutuk invasi tersebut.
Mereka bahkan memberikan tingkat perlindungan diplomatik untuk Rusia yang semakin terisolasi.
Pejabat AS telah menuduh China memberikan sinyal keinginan membantu militer dan ekonomi Rusia, yang saat ini didera sanksi dari Barat.
Presiden AS Joe Biden bahkan menyamakan penyerangan ke Ukraina, dengan bagaimana China menghanucrkan demonstrasi di lapangan Tiananmen pada 1989.
Meski begitu, Lavrov melukiskan gambaran tatanan dunia baru yang akan dibuat Rusia dan China.
Ia mengatakan bahwa dunia tengah hidup melalui tahap yanhg sangat serius dalam sejarah hubungan internasional.
“Kami, bersama Anda dan simpatisan kami akan bergerak menuju tatanan dunia yang multipolar, adil dan demokratis,” katanya saat bertemu dengan Menlu China, Wang Yi dilansir dari CBS News.
Pertemuan kedua Menlu tersebut diperlihatkan di saluran TV China, dan saling menyentuhkan siku di depan kedua bendera nasional negara mereka.
Keduanya juga terlihat menggunakan masker wajah dalam pertemuan tersebut.
Kementerian Luar Negeri China pun mengutip pernyataan Wang Yi terhadap pertemuan itu.
“Hubungan China-Rusia telah bertahan dalam ujian baru dari situasi internasional yang berubah, mempertahankan arah kemajuan yang benar dan menunjukkan momentum pembangunan yang ulet,” tuturnya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, sebelumnya mengatakan bahwa Moskow dan Beijing akan melanjutkan upaya dalam memajukan multipolaritas global dan demokratisasi hubungan internasional.
Ia juga menambahkan bahwa kerja sama China dan Rusia tak mengenal batas.(*)