Ratusan Tentara Rusia Dikabarkan Membelot ke Ukraina untuk Melawan Vladimir Putin
Laman berita Ukraina berbahasa Rusia Bagnet melaporkan bahwa para tentara Rusia itu bergabung dengan sukarela.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Ratusan tentara Rusia dilaporkan telah membelot ke Ukraina.
Mereka kemudian membentuk resimen baru untuk melawan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hal itu diungkapkan oleh Kementerian Pertahanan Ukraina.
Kementerian tersebut mengungkapkan di Telegram bahwa para sukarelawan pertama dari tentara Rusia yang membelot telah memulai latihan.
Resimen tentara pembelot Rusia itu disebut sebagai Legiun Pembebasan Rusia.
Dilansir dari Daily Star, Kementerian Pertahanan Ukraina memperlihatkan klip video dari unit baru itu.
Baca juga: PM Trudeau Ingatkan Jokowi agar Tolak Kehadiran Putin di KTT G20 Bali
Dalam potongan video itu, mereka tampak tengah berlatih menggunakan senjata antitank NLAW buatan Swedia.
Narasi pada video tersebut mengungkapkan, tentara Rusia tersebut telah menunjukkan keinginan yang sama dengan para sukarelawan untuk menghadapi penjaga Putin yang disebut Kadyrovites.
Kadyrovites merupakan julukan yang diberikan kepada pejuang Cechnya yang loyal terhadap Presiden Chechnya Ramzan Kaydrov.
Kadyrov dan pasukannya memang mendukung pasukan Rusia, mengingat sang pemimpin Chechnya memiliki kedekatan dengan Putin.
Laman berita Ukraina berbahasa Rusia Bagnet melaporkan bahwa para tentara Rusia itu bergabung dengan sukarela.
Sedangkan tawanan perang Rusia harus mendaftar secara tertulis dan lulus pemeriksaan keamanan yang ketat sebelum dapat bergabung.
Kementerian Pertahanan Ukraina menegaskan, ada ratusan perwira dan prajurit tentara Rusia yang membelot ke Ukraina saat moral pasukan yang melakukan invasi ke Ukraina runtuh.
Sementara itu, Putin dilaporkan memanggil 134.500 wajib militer lagi karena meningkatnya jumlah korban militer dan desersi yang menguras kekuatan dalam melakukan penyerangan ke Ukraina.
Menurut dekrit yang diterbitkan laman Pemerintah Rusia, pasukan wajib militer akan dipanggil untuk memulai layanan pada 1 April hingga 15 Juli.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia berjanji bahwa rekrutan wajib militer baru tidak akan dikirim ke wilayah panas mana pun.
Selain itu, mereka juga menegaskan bahwa semua wajib militer pada musim semi lalu akan diizinkan pulang.
Putin Perintahkan Wajib Militer
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan 134.500 wajib militer baru menjadi tentara Rusia.
Perintah tersebut resmi ditandatangani Putin dalam dekrit yang diumumkan pada Kamis (31/3/2022).
Dalam dekrit disebutkan, wajib militer baru menjadi tentara adalah bagian dari program musim semi tahunan Rusia.
Wajib militer tersebut akan berlangsung pada 1 April hingga 15 Juli 2022.
Dikutip dari Daily Mail, keputusan wajib militer akan menyasar pria Rusia antara usia 18 dan 27 tahun.
Kementerian Pertahanan mengklaim pemanggilan itu tidak ada hubungannya dengan perang di Ukraina.
"Tidak satu pun dari 134.500 panggilan akan dikirim ke 'titik panas' mana pun," kata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Kamis pagi.
Adapun, isu keterlibatan wajib militer dalam perang sangat sensitif.
Pada 9 Maret 2022 lalu, Kementerian Pertahanan mengakui beberapa pasukan telah dikirim ke Ukraina.
Hal itu setelah Putin membantahnya dalam berbagai kesempatan, dengan mengatakan hanya tentara dan perwira profesional yang dikirim.
Juru Bicara Putin pun mengatakan pada saat itu, presiden telah memerintahkan jaksa militer untuk menyelidiki dan menghukum pejabat yang bertanggung jawab karena tidak mematuhi instruksinya untuk mengecualikan wajib militer.
Sumber: Daily Mail/Kompas.TV/Tribun Solo