Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Shanghai Perpanjang Lockdown, Warga Kesulitan Dapatkan Makanan dan Air

Shanghai menerapkan lockdown ke semua 26 juta penduduknya. Namun warga keluhkan kurangnya persiapan pemerintah.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Shanghai Perpanjang Lockdown, Warga Kesulitan Dapatkan Makanan dan Air
Hector RETAMAL / AFP
Pekerja melepas alat pelindung mereka di sebelah pintu masuk lingkungan selama tahap kedua penguncian pandemi di distrik Jing'an di Shanghai pada 5 April 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Strategi zero-Covid yang diterapkan China memicu kekacauan di Shanghai.

Dilaporkan NZ Herald, pasian Covid-19 kesulitan mendapatkan makanan dan air setelah dibawa ke pusat karantina terpusat.

Otoritas setempat kini memperluas lockdown kota berpenduduk 26 juta jiwa itu pada Selasa (5/4/2022).

Sebelumnya, Shanghai mengadopsi pendekatan lockdown bertahap.

Awalnya, sisi timur Sungai Huangpu dilockdown antara 28 Maret dan 1 April, kemudian sisi barat mengikuti selama empat hari.

Tetapi pendekatan itu tidak berhasil karena jumlah kasus terus meningkat.

Di bawah lockdown terbaru ini, warga tidak diizinkan meninggalkan rumah mereka dengan alasan apa pun selain untuk dites Covid-19, Al Jazeera melaporkan.

Polisi dan pekerja terlihat mengenakan pakaian pelindung di sebelah beberapa area yang dikunci setelah deteksi kasus baru covid-19 di Shanghai pada 14 Maret 2022. (Photo by Hector RETAMAL / AFP)
Polisi dan pekerja terlihat mengenakan pakaian pelindung di sebelah beberapa area yang dikunci setelah deteksi kasus baru covid-19 di Shanghai pada 14 Maret 2022. (Photo by Hector RETAMAL / AFP) (AFP/HECTOR RETAMAL)
Berita Rekomendasi

Mereka juga harus bergantung pada pejabat kota untuk makanan dan persediaan dasar.

Video yang dibagikan di media sosial Weibo menunjukkan sejumlah orang memborong kebutuhan dasar setelah mereka dipindahkan ke fasilitas karantina.

Baca juga: Tes Covid-19 Massal 25 Juta Warga, Shanghai Kerahkan 2.000 Tentara dan Pesawat Militer

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, China Lockdown Kota Shanghai Secara Bergiliran

Mereka ditempatkan di sebuah sekolah di distrik Nanhui.

Banyak yang mempertanyakan apakah sekolah itu cocok untuk menampung kasus virus corona.

"Pusat karantina di distrik Nanhui sangat kotor dan kacau. Apakah ini rumah sakit darurat untuk perawatan? Menurut saya lebih seperti tempat sampah," komentar salah satu pengguna media sosial dari video tersebut.

Sebelumnya, kasus tanpa gejala melonjak menjadi lebih dari 13.000, meski kasus bergejala turun pada Senin menjadi 268, dari 425 pada hari sebelumnya.

Jalan-jalan kota yang biasanya macet semuanya kosong pada hari Selasa tetapi pihak berwenang tidak menunjukkan tanda-tanda melunak.

"Pencegahan dan pengendalian epidemi Shanghai berada pada tahap yang paling sulit dan paling kritis," kata Wu Qianyu, seorang pejabat di komisi kesehatan kota, dalam sebuah konferensi pers.

"Kita harus mematuhi kebijakan umum izin dinamis tanpa ragu-ragu."

Kebijakan karantina Shanghai telah dikritik karena memisahkan anak-anak dari orang tua mereka dan menempatkan kasus tanpa gejala bersama dengan mereka yang memiliki gejala.

Wu tidak mengomentari masalah perpisahan keluarga itu.

Sebelumnya dia bersikeras bahwa anak-anak yang positif Covid-19 harus dipisahkan dari orang tuanya.

Shanghai telah menyiapkan sekitar 47.700 tempat tidur di sejumlah rumah sakit sementara yang baru dibangun, 30.000 tempat tidur lainnya sedang disiapkan, kantor berita Xinhua melaporkan pada Selasa.

Sebanyak 62 tempat karantina sementara telah dibangun di tempat lain.

Warga yang dikurung di rumah mereka mengeluhkan masalah dengan pengiriman makanan sejak diberlakukannya kembali pembatasan yang meluas pekan lalu setelah kota awalnya mengambil pendekatan yang lebih terarah.

Dalam rekaman panggilan telepon yang beredar online, seorang warga terdengar mencaci maki seorang petugas karena mereka kekurangan makanan dan bantuan lain bagi mereka yang tinggal di kompleks perumahannya.

Anggota komite lingkungan tersebut menjawab, "Saya sama frustrasinya dengan Anda."

"Kebijakan nol-Covid menyebabkan semua masalah ini."

"Jika tidak ada kebijakan baru segera, Shanghai akan runtuh."

Di Dachang, sebuah distrik di barat laut Shanghai, orang-orang mengatakan mereka belum menerima pengiriman pasokan meskipun mendengar pemerintah mengirim makanan ke daerah lain.

Layanan pengiriman makanan pribadi juga dilarang sebagai bagian dari lockdown.

Percakapan lain yang direkam menunjukkan seorang pejabat memberi tahu warga bahwa dia akan dipecat besok jika mengeluhkan masalah itu kepada atasannya.

Chen Erzhen, seorang dokter yang bertanggung jawab atas satu fasilitas karantina Shanghai, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Partai Komunis The People's Daily pada akhir pekan bahwa ada kemungkinan pihak berwenang akan merevisi pedoman dan mengizinkan orang tanpa gejala untuk tinggal di rumah saja, terutama jika jumlah kasus naik.

Sun Chunlan, wakil perdana menteri yang bertanggung jawab atas pencegahan Covid, mendesak organisasi Partai Komunis akar rumput untuk melakukan segala yang mungkin untuk membantu warga memecahkan masalah, seperti akses ke obat-obatan, makanan, dan air.

Sementara itu, lebih dari 20 kota di China berada di bawah lockdown total atau sebagian, yang mempengaruhi sekitar 193 juta orang.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas