Gadis Muda Ukraina Pangkas Rambutnya Agar Tak Jadi Sasaran Pelecehan Pasukan Rusia
Seorang pejabat lokal mengatakan bahwa gadis-gadis muda memangkas rambutnya untuk menghindari pemerkosaan oleh pasukan Rusia.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat lokal Ukraina mengatakan bahwa gadis-gadis muda memangkas rambutnya agar tidak menarik perhatian, dan menghindari pemerkosaan oleh pasukan Rusia.
Wakil wali kota Ivankiv, pinggiran Ibu Kota Kyiv, Maryna Beschastna menangis saat menceritakan hal itu di sebuah tayangan ITV News, seperti dilaporkan New York Post.
Ia menyebut, para gadis muda di kotanya mengalami trauma dalam 35 hari pendudukan pasukan Rusia.
Baca juga: Rusia Akhirnya Akui Kehilangan Banyak Tentara di Ukraina, tapi Masih Sangkal Kekerasan di Bucha
Baca juga: Berita Foto : Pasukan Rusia Meninggalkan Kehancuran di Kota Borodianka
"Dua saudara perempuan diperkosa – gadis berusia 15 dan 16 tahun. Anak-anak," katanya kepada penyiar Inggris sambil menyeka air mata.
"Wanita ditarik dengan rambut mereka keluar dari ruang bawah tanah mereka sehingga tentara bisa melecehkan mereka," tambahnya.
"Gadis-gadis mulai memotong pendek rambut mereka agar kurang menarik, jadi tidak ada yang melihat mereka lagi," cerita Beschastna.
Menurutnya, pemerkosaan terjadi saat pasukan Rusia menduduki wilayah pinggiran Kyiv.
Masih di tayangan yang sama, seorang ibu menceritakan usahanya menyelamatkan sang putra yang berusia 12 tahun setelah terkena pecahan peluru.
Elena Skoropad mengatakan ia dan suaminya, Sasha, langsung melarikan Artem ke rumah sakit setelah munisi tandan meledak.
"Dalam perjalanan ke sini (rumah sakit) di dalam mobil, Artem berteriak sepanjang jalan, 'Mommy, Sasha, aku mencintaimu,'" kata Skoropad kepada ITV.
"Ini adalah kata-katanya, lalu dia terus mengatakan kakinya sakit, punggungnya sakit."
"Ketika kami membawanya (ke rumah sakit) dia masih hidup, tetapi kemudian cederanya sangat parah," katanya, menceritakan bahwa putranya itu merupakan pemain basket handal.
Pejabat rumah sakit juga menceritakan kondisi mencekam selama sebulan.
Mereka juga mengaku kewalahan dengan banyaknya pasien terluka karena penembakan hingga ledakan.