Jadi Jalur Evakuasi Warga, Stasiun Kereta Api di Ukraina Timur Dihantam 2 Roket Rusia
Pada Jumat (8/4/2022), Kota Kramatorsk di Donetsk menjadi sasaran dua roket pasukan Rusia
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Rusia terus melakukan serangan di sisi timur Ukraina.
Pada Jumat (8/4/2022), Kota Kramatorsk di Donetsk menjadi sasaran dua roket pasukan Rusia.
Dua roket itu menghantam sebuah stasiun di Kota Kramatorsk.
Padahal stasiun tersebut digunakan sebagai jalur evakuasi warga setempat untuk menyelamatkan diri dari invasi Rusia di Ukraina.
Kabar dari BBC, peristiwa tersebut menimbulkan korban.
Baca juga: Rusia akan Tetap Lanjutkan Pembicaraan dengan Ukraina Meskipun Ada Provokasi
Namun, belum bisa dipastikan jumlah korban akibat serangan dua roket Rusia itu.
Dalam sebuah pesan di Telegram, Ketua Kereta Api Ukraina, Oleksandr Kamyshin, menulis bahwa sebuah stasiun kereta api di kota Kramatorsk di Donetsk dihantam.
Dia menambahkan, "ada korban".
Dewan kota Kramatorsk telah memperingatkan orang-orang untuk tinggal di tempat penampungan.
Sementara diberitakan The Strait Times, di tempat lain di negara itu, Rusia sebelumnya mengatakan telah menghancurkan pusat pelatihan tentara bayaran asing di dekat kota selatan Odessa sebagai bagian dari kampanye militernya.
"Rudal presisi tinggi dari sistem rudal pantai Bastion menghancurkan pusat pelatihan dan perakitan tentara bayaran asing di dekat desa Krasnosilka, timur laut Odessa," kata juru bicara kementerian pertahanan dalam sebuah pengarahan.
Ukraina mengatakan setelah menarik diri dari pinggiran Kyiv, Rusia berkumpul kembali untuk mencoba mendapatkan kendali penuh atas wilayah timur Donetsk dan Luhansk, yang sebagian telah dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
Pada hari Kamis, Gubernur Luhansk Serhiy Gaiday mengatakan kepada penduduk di daerah itu, kemungkinan mereka menyelamatkan diri dan keluarga mereka semakin berkurang setiap hari ketika pasukan Rusia bersiap-siap untuk melancarkan serangan besar-besaran di wilayah tersebut.
Pihak berwenang di Dnipro, sebuah kota di Ukraina tengah-timur, juga mendesak wanita, anak-anak, dan orang tua untuk pergi.
Jubir Putin Akui Merugi
Juru Bicara Vladimir Putin, Dmitry Peskov, akhirnya mengakui Rusia telah kehilangan banyak tentara sejak invasi ke Ukraina.
Hal ini disampaikan Peskov dalam wawancara perdananya dengan media Barat, Sky News, Jumat (8/4/2022).
Dalam wawancara tersebut, Peskov akhirnya membeberkan mengenai kerugian yang dialami Rusia sejak melancarkan operasi militer khususnya ke Ukraina.
Saat ditanya soal berapa banyak warga sipil yang tewas sejak perang, Peskov mengatakan dia tidak ingin menjawab karena jumlahnya belum dikonfirmasi kembali.
Kendati demikian, Peskov mengaku pasukan Rusia mengalami kerugian yang cukup besar.
Bahkan, ia menyebut kerugian tersebut merupakan tragedi besar bagi Rusia.
"Kami mengalami kerugian pasukan yang signifikan dan ini adalah tragedi besar bagi kami. Militer kami melakukan yang terbaik untuk mengakhiri operasi itu."
"Dan kami berharap bahwa dalam beberapa hari mendatang, di masa mendatang, operasi ini akan mencapai tujuannya atau akan menyelesaikannya dengan negosiasi antara delegasi Rusia dan Ukraina," ujar Peskov, dikutip Tribunnews dari Sky News, Jumat (8/4/2022).
Di sisi lain, meski mengakui kehilangan banyak tentara, tetapi Peskov masih menyangkal soal kekerasan pasukannya di Kota Bucha.
Menurutnya, gambar yang disebut telah diverifikasi dari warga sipil mengenai serangan di Bucha adalah kepalsuan.
Baca juga: Zelensky Sebut Kekejaman Rusia di Borodyanka Lebih Parah dari Bucha, Diduga Sengaja Targetkan Warga
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-44, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
"Kita hidup di hari-hari kepalsuan dan kebohongan dan foto serta gambar satelit yang diverifikasi dari warga sipil yang tewas di jalan-jalan kota Ukraina adalah gambar palsu yang berani."
"Kami menyangkal militer Rusia memiliki kesamaan dengan kekejaman ini dan mayat-mayat diperlihatkan di jalan-jalan Bucha," katanya kepada Sky News.
Dia menegaskan, seluruh situasi di Bucha, di mana foto-foto menunjukkan banyak warga sipil Ukraina yang terbunuh, adalah sindiran yang dipentaskan dengan baik, tidak ada hal lain.
Kondisi Kota Bucha setelah Pasukan Rusia Menarik Diri
Berikut sejumlah fakta dugaan pembantaian warga sipil di Bucha, Ukraina oleh pasukan Rusia.
Bucha sendiri merupakan kota kecil yang memiliki sekitar 35.000 penduduk di dekat pinggiran Ibu Kota, Kyiv.
Setelah pasukan Rusia menarik diri dari Kyiv, ditemukan ratusan mayat warga sipil di Kota Bucha.
Baca juga: Perburuan Komandan Rusia yang Bertanggung Jawab atas Serangan Bucha, Nama Seorang Kolonel Diumumkan
Mayat-mayat tersebut ditemukan tergeletak di jalanan Kota Bucha.
Beberapa bukti menunjukkan mereka dibunuh dari jarak dekat.
Namun, Rusia membantah tuduhan tersebut dan menyebut mereka tidak menargetkan warga sipil dalam invasinya ke Ukraina sejak 24 Februari lalu.
Berikut Tribunnews.com rangkum sejumlah fakta soal dugaan pembantaian di Kota Bucha yang dikutip dari Global News:
300 Mayat Ditemukan di Jalanan Kota Bucha
Wakil Wali Kota Bucha, Taras Sapravskyi, mengatakan ada sekitar 300 mayat yang ditemukan di jalanan Kota Bucha.
Menurutnya, 50 dari 300 mayat tersebut merupakan korban pembunuhan ekstra-yudisial yang dilakukan oleh pasukan Rusia.
Namun, Kremlin telah membantah tuduhan itu.
Sementara, wartawan Reuters dan The Associated Press mengaku melihat mayat orang-orang berpakaian sipil yang tampaknya dibunuh dari jarak dekat.
Associated Press melihat dua mayat terbungkus plastik, diikat menggunakan selotip dan dibuang ke selokan.
Lalu, wartawan Reuters juga melihat kuburan massal di sebuah gereja, dengan tangan dan kaki korban terlihat dari tanah liat yang ditumpuk di atasnya.
"Kengerian yang kita lihat di Bucha hanyalah puncak gunung es dari semua kejahatan (yang) telah dilakukan oleh tentara Rusia," kata Menteri Luar Negeri, Dmytro Kuleba, Senin (4/5/2022).
"Setengah langkah tidak cukup lagi. Saya menuntut sanksi paling berat minggu ini, ini adalah pembelaan para korban pemerkosaan dan pembunuhan. Jika Anda ragu tentang sanksi, pergi ke Bucha dulu," tambahnya.
Alasan Mayat Baru Ditemukan
Pasukan Ukraina telah memerangi Rusia di sekitar Kyiv hingga akhirnya Ukraina melakukan perlawanan keras dan mulai merebut kembali kota-kota di luar Kyiv, termasuk Bucha, pada pekan lalu.
Hal inilah yang menjadi alasan mayat-mayat tersebut baru ditemukan.
Sang Wakil Wali Kota, Sapravskyi, juga membenarkan, pasukan Rusia baru menarik diri akhir pekan lalu dari Bucha.
Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Oleksiy Arestovych, mengatakan sejumlah warga sipil yang ditemukan tewas di jalan-jalan Kota Bucha tampak seperti adegan dari film horor.
Ia menyebut beberapa orang ditembak di kepala dengan tangan mereka diikat, dan beberapa tubuh menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, pemerkosaan, dan pembakaran.
Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, mengatakan beberapa warga sipil yang ditembak saling bergandengan tangan.
Ia juga mengatakan kepada surat kabar Jerman Bild bahwa apa yang terjadi di Bucha dan pinggiran kota Kyiv lainnya hanya dapat digambarkan sebagai genosida.
Pihak berwenang mengatakan, mereka mendokumentasikan bukti saat militer Ukraina merebut kembali wilayahnya dan menemukan indikasi pembunuhan gaya eksekusi untuk menambah tuntutan mereka kepada pejabat Rusia atas kejahatan perang.
Pemimpin Dunia Kecam Rusia
Para pemimpin dunia mengecam dugaan pembantaian yang dilakukan pasukan Rusia terhadap penduduk Bucha.
Bahkan, Presiden AS Joe Biden menuntut pengadilan kejahatan perang terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Biden juga menyerukan agar Putin diadili karena Kremlin menolak tuduhan tersebut.
Biden pun tak segan kembali menyebut Putin sebagai penjahat perang saat melakukan konferensi pers pada Senin (4/5/2022).
"Apa yang terjadi di Bucha keterlaluan dan semua orang melihatnya," kata Biden.
Biden juga menambahkan bahwa dia akan meminta lebih banyak sanksi terhadap Rusia.
Baca juga: Rusia Sebut AS Sengaja Buat Rekaman Pembantaian Massal di Bucha
Selain Biden, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga mengungkapkan kemarahannya atas temuan pembantaian di Bucha.
"Kami sangat mengutuk pembunuhan warga sipil di Ukraina, tetap berkomitmen untuk meminta pertanggungjawaban rezim Rusia, dan akan terus melakukan segala yang kami bisa untuk mendukung rakyat Ukraina," ungkap Trudeau dalam Twitter-nya pada hari Minggu (3/4/2022).
"Mereka yang bertanggung jawab atas serangan mengerikan dan mengerikan ini akan dibawa ke pengadilan," tambahnya.
(Tribunnews.com/Chrysnha,Maliana)