Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Suaminya Dikirim ke Medan Perang, Ibu Empat Anak Ini Dirudapaksa Tentara Rusia selama Berjam-jam

Seorang wanita yang mengaku korban rudapaksa tentara Rusia, mengungkap kronologi bagaimana insiden itu terjadi.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Suaminya Dikirim ke Medan Perang, Ibu Empat Anak Ini Dirudapaksa Tentara Rusia selama Berjam-jam
AFP/RONALDO SCHEMIDT
Wanita menangis di luar rumah mereka di Bucha, barat laut Kyiv, pada 2 April 2022, di mana walikota mengatakan 280 orang telah dikuburkan di kuburan massal dan kota itu dipenuhi dengan mayat. - Ukraina telah mendapatkan kembali kendali atas "seluruh wilayah Kyiv" setelah invasi pasukan Rusia mundur dari beberapa kota penting dekat ibukota Ukraina, kata wakil menteri pertahanan hari ini. (Photo by RONALDO SCHEMIDT / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita yang mengaku korban rudapaksa tentara Rusia, mengungkap kronologi bagaimana insiden itu terjadi.

Elena, bukan nama sebenarnya, dilecehkan dua tentara Rusia yang mengambil alih kampung halamannya di Ukraina selatan.

Ia mengungkap bahwa sebelum insiden terjadi, dirinya ditunjuk oleh sesama warga karena statusnya sebagai istri tentara Ukraina.

Dilansir SCMP, setelah berhasil dievakuasi dari wilayah Kherson yang dikuasai Rusia, Elena berada di Kota Zaporizhzhia untuk menunggu bus yang akan mengantarnya bertemu keempat anaknya di Ukraina tengah. 

Ia mengirim anak-anaknya pergi dari kampung halaman pada 24 Februari, atau hari pertama invasi.

Masha Feshchenko, 15, dari Polohy, beristirahat di Rumah Sakit Anak Klinis Regional Zaporizhzhia pada 21 Maret 2022. - Ribuan pengungsi dari Mariupol telah melarikan diri ke kota Zaporizhzhia, Ukraina selatan. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa menggambarkan pengepungan Mariupol sebagai
Masha Feshchenko, 15, dari Polohy, beristirahat di Rumah Sakit Anak Klinis Regional Zaporizhzhia pada 21 Maret 2022. - Ribuan pengungsi dari Mariupol telah melarikan diri ke kota Zaporizhzhia, Ukraina selatan. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa menggambarkan pengepungan Mariupol sebagai "kejahatan perang besar-besaran", yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang. (Photo by emre caylak / AFP) (AFP/EMRE CAYLAK)

Baca juga: Macron: Prancis Siap Jadi Salah Satu Penjamin Keamanan Ukraina Usai Perang

Baca juga: AS Kirim 12.000 Sistem Anti-Armor, 1.400 Sistem Anti-Pesawat dan Ratusan Drone Bunuh Diri ke Ukraina

Suaminya dikirim ke garis depan dan Elena tetap tinggal di kediamannya untuk mengatur kepindahan ke daerah yang lebih aman.

Sayangnya, pada 3 April 2022 wilayah tempat tinggalnya dengan cepat dikuasai pasukan Rusia.

Berita Rekomendasi

"Sekitar jam 3 sore, saya pergi ke toko. Saat saya sedang mengantri, beberapa tentara Rusia masuk dan mulai berbicara dengan pelanggan," kata Elena.

"Saya tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan, tetapi saya menyadari bahwa salah satu warga menunjuk ke arah saya dan mengatakan 'Dia seorang banderovka!'".

Istilah ini mengacu pada pemimpin nasionalis Ukraina, Stepan Bandera, yang bekerja sama dengan Nazi Jerman untuk berperang melawan Uni Soviet.

Ini sering digunakan oleh otoritas Rusia sebagai cara yang meremehkan untuk merujuk pada pejabat Ukraina yang dianggap berpandangan nasionalis.

Menurut pengakuan Elena, pria yang menunjuknya itu berkata "itu karena orang-orang seperti itu sehingga perang pecah".

"'Dia adalah istri seorang tentara'," ujar pria itu, seperti ditirukan Elena.

"Saya mengerti bahwa mereka mengawasi saya, jadi saya segera meninggalkan toko. Aku hanya punya waktu untuk masuk ke rumahku. Dua tentara Rusia masuk melalui pintu setelah saya. Saya tidak punya waktu untuk mengeluarkan ponsel saya untuk meminta bantuan atau melakukan apa pun," ceritanya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas