Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

VIDEO: Sukhoi SU-34 Rusia Lepaskan Flare di Donetsk, Hindari Ancaman Rudal Pertahanan Udara Ukraina

Rudal anti-pesawat Ukraina kerap menimbulkan risiko bagi pilot Rusia yang sering terbang di ketinggian rendah.

Penulis: Malvyandie Haryadi
zoom-in VIDEO: Sukhoi SU-34 Rusia Lepaskan Flare di Donetsk, Hindari Ancaman Rudal Pertahanan Udara Ukraina
Ist
Ilustrasi: Sukhoi Rusia. 

TRIBUNNEWS.COM, DONBASS - Rusia terus mengintensifkan serangan udaranya pada sejumlah wilayah di Ukraina, meski dalam beberapa kasus, jet-jet tempur Rusia, termasuk SU-35 berhasil ditembak rudal.

Terbaru, Pesawat pengebom Sukhoi Su-34 Rusia tertangkap rekaman video sedang terbang rendah di atas wilayah Donetsk, Ukraina timur.

Hal yang menarik netizen adalah pesawat tersebut melepas sejumlah flare atau suar dalam jumlah besar.

Sebagai informasi, flare atau dalam bahasa Indonesia yang berarti suar, adalah salah satu bentuk piroteknik, teknologi api, yang menghasilkan cahaya sangat terang atau panas tinggi, tanpa menghasilkan ledakan.

Suar/Flare ketika dilepas pesawat atau helikopter akan segera terbakar yang menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan panas mesin.

Hal ini akan mengelabui sensor inframerah peluru kendali yang mendeteksi panas sasarannya.

Kembali ke video tersebut, rekaman ini muncul tak lama setelah pihak berwenang Ukraina memposting video lain yang mengungkapkan penembakan jet tempur Sukhoi Su-34 oleh rudal anti-pesawat Ukraina di atas Kharkiv.

Berita Rekomendasi

Beberapa hari yang lalu, Angkatan Bersenjata Ukraina membagikan video di Facebook tentang objek terbakar besar yang jatuh dari langit.

Mereka mengklaim itu adalah Su-34 Rusia.

Meski klaim ini belum terverifikasi, mengingat sulitnya wartawan mengakses daerah perang, "tumbangnya" jet-jet tempur Rusia dalam konflik melawan Ukraina bukan hal yang mustahil.

Dalam beberapa video yang beredar, termasuk video SU-34 kali ini, tampak terlihat pesawat-pesawat tempur Rusia terbang sangat rendah.

Kondisi ini membuat pesawat rentan ditembak jatuh oleh musuh, dengan rudal panggul sekalipun yang memiliki jarak tembak yang sangat rendah.


Kalau boleh membandingkan, ini sangat berbeda dengan operasi militer udara Amerika Serikat di berbagai palagan. Contoh saja saat invasi mereka ke Irak.

Jet tempur Amerika selalu terbang di ketinggian puluhan ribu kaki dan melepas bom pintar dari langit yang bebas dari ancaman jangkauan rudal pertahanan udara musuh.

Hanya Rusia yang tahu kenapa mereka mengambil strategi yang berbahaya tersebut.

Namun sejumlah kalangan Barat menilai, Rusia tidak memiliki bom presisi udara ke darat dalam jumlah memadai, seperti halnya Amerika.

Baca juga: Apa yang Dapat Dilakukan PBB untuk Bantu Ukraina? Bisakah PBB Paksa Rusia Mundur?

Hal ini akhirnya memaksa pilot-pilot Rusia untuk bermanuver rendah demi bisa mengebom sasaran mereka secara presisi, tentu dengan risiko pesawat akan masuk dalam jangkauan rudal-rudal Ukraina.

Rudal anti-pesawat menimbulkan risiko bagi pilot Rusia yang terbang di ketinggian rendah.

Sistem pertahanan Udara Man-Portable (MANPADS) seperti Javelins, Stingers, NLAWs, Starstreak yang telah banyak dipasok ke Ukraina telah mendatangkan malapetaka pada militer Rusia.

Ukraina juga menggunakan sistem pertahanan udara yang kuat seperti S-300 dan S-125 Neva yang telah menjatuhkan berbagai pesawat tempur Rusia.

Rusia ancam Finlandia

Seorang anggota parlemen Rusia memperingatkan pembalasan Rusia jika Finlandia bergabung dengan NATO.

Adalah anggota Dewan Federasi Rusia Vladimir Dzhabarov, mengatakan bahwa setiap langkah Helsinki untuk bergabung dengan NATO akan menjadi "kesalahan strategis". 

Menurutnya, meski Finlandia mengembangkan hubungan dekat dengan Kremlin, keanggotaan NATO mengartikan negara itu akan menjadi target.

"Saya pikir itu (akan) menjadi tragedi yang mengerikan bagi seluruh rakyat Finlandia," kata Dzhabarov.

Kendati demikian, ia menyebut tidak mungkin Finlandia akan "menandatangani kartu untuk penghancuran negara mereka sendiri".

Komentar Dzhabarov ini dirilis kantor berita lokal, RIA Novosti, pada Rabu (6/4/2022).

Ini merupakan ancaman terbaru Kremlin terhadap rencana Finlandia bergabung dengan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Perluasan aliansi ini ke negara-negara bekas Uni Soviet, menjadi salah satu dalih Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan serangan ke Ukraina.

Pada Maret lalu, Kepala Departemen Eropa Kementerian Luar Negeri Rusia, Sergei Belyayev mengatakan, Finlandia akan menghadapi konsekuensi politik yang serius jika masuk ke dalam NATO.

Sebelumnya, pada Selasa (5/4/2022) lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan bahwa Finlandia dan Swedia akan diterima untuk bergabung dengan aliansi.

Apa yang terjadi jika Finlandia gabung NATO?

Masuknya Finlandia menjadi anggota NATO akan menjadi perubahan besar dalam lingkungan keamanan Eropa setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Keanggotaan Finlandia akan secara drastis mengubah peta pertarungan antara Rusia dan Barat.

Dikutip dari Foreign Policy, jika Finlandia bergabung dengan aliansi tersebut, total perbatasan darat antara wilayah NATO dan Rusia akan lebih dari dua kali lipat, dari sekitar 754 mil saat ini menjadi hampir 1.600 mil. 

Sayap utara NATO akan semakin luas, melintasi perbatasan penuh dengan wilayah Murmansk dan Semenanjung Kola yang penting secara strategis di Rusia, di mana sebagian besar angkatan laut Rusia berpangkalan.

Wacana untuk bergabung dengan NATO juga terjadi di negara tetangga, Swedia.

Sama seperti Finlandia, Swedia menjadi negara netral atau non-blok selama beberapa dekade hingga wacana untuk bergabung dengan aliansi menguat, menyusul invasi Rusia ke Ukraina.

Bahkan dari kedua negara ini, publik Swedialah yang secara historis lebih terbuka untuk menjadi anggota aliansi militer daripada Finlandia.

Meskipun Finlandia semakin dekat dengan keanggotaan NATO daripada Swedia, sebagian besar analis dan diplomat setuju bahwa kedua negara ini adalah satu paket.

Jika satu bergabung, yang lain kemungkinan akan mengikuti.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas