Banyak Informasi Hoax Beredar, Tentara Rusia Dilarang Gunakan Media Sosial
Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah melarang tentara Rusia di Uktraina menggunakan media sosial.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah melarang tentara Rusia di Uktraina menggunakan media sosial.
Menurut intelijen Ukraina, hal itu dilakukan agar “kebenaran yang tak menyenangkan” atas apa yang dihadapi Rusia di Ukraina tak terungkap.
Wakil Komandan Distrik Barat Militer Rusia dilaporkan telah memerintahkan perwiranya untuk membatasi penggunaan media sosial pasukannya.
Menurut Badan Intelijen Ukraina (GRU), hal ini dilakukan setelah komandan lapangan Ukraina mengeluhkan dampak dari infromasi palsu Kiev.
“Komandan dari semua jabatan di sejumlah unit telah mengalami perlawanan dari personelnya, yang mengungkapkan ketidakpuasan atas operasi militer di Ukraina,” ujar mereka dikutip dari Daily Star.
“Sumber utama dari hal itu adalah informasi yang ada di internet,” tambah badan itu.
Baca juga: Vladimir Putin Copot Komandan Perang Rusia di Ukraina
GRU mengungkapkan bahwa mereka telah mendapatkan dokumen Rusia yang mencatumkan pelarangan itu.
Dokumen tersebut menyalahkan peningkatan aktivitas unit propaganda militer Ukraina dalam menanggapi keberhasilan angkatan bersenjata Rusia, yang kemudian membuat pasukan Ukraina menyadari penyerangan Putin.
Pada dokumen itu, mengungkapkan tentara Ukraina mencoba untuk memberi pengaruh pada memori sejarah (distoris fakta sejarah Rusia), dan memanipulasi opini.
Selain itu juga mendistribusikan informasi palsu mengenai situasi dan keadaan di medan perang.
Dokumen tersebut juga mengeluhkan bahwa tentara Rusia kerap mengungkapkan informasi sensitif di media sosial, seperti detail personal mereka dan lokasi unit di aplikasi pesan.
“Mengingat hal ini, kementerian pertahanan bersama dengan rekan di pusat penanggulangan informasi telah memutuskan membentuk komisi antarlembaga untuk bekerja dengan personel di Internet, meningkatkan kontrol personel, dan pemantauan perubahan dalam kondisi moral-psikologis mereka,” bunyi dokumen itu.
Pesan itu ditindaklanjuti dengan perintah untuk membatasi akses personel ke internet dari perangkat seluler pribadi dengan kemampuan multimedia canggih.
Dilaporkan bahwa komandan unit kerap melakukan penyisiran harian terhadap media sosial pasukan dalam upaya menemukan informasi sensitif yang mungkin telah dibagikan di sana.