Pilpres Prancis 2022: Emmanuel Macron dan Marine Le Pen Bersaing di Putaran Kedua
Emmanuel Macron memenangkan putaran pertama pemilihan presiden Prancis 2022, hadapi Marine Le Pen di putaran kedua.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Emmanuel Macron (44) memenangkan putaran pertama pemilihan presiden Prancis 2022.
Marine Le Pen (53) yang berada di posisi kedua akan menjadi lawannya untuk putaran akhir.
Dilansir BBC.com, putaran pertama telah digelar pada 10 April 2022.
Dengan 97% suara masuk, Emmanuel Macron meraih 27,6% suara, Marine Le Pen 23,41% dan Jean-Luc Mélenchon 21,95%.
"Jangan salah, belum ada yang diputuskan," kata Macron kepada pendukung yang bersorak atas kemenangannya.
Sementara itu, Le Pen meminta setiap pemilih non-Macron untuk bergabung dengannya dan "memperbaiki Prancis".
Ada 12 kandidat yang mencalonkan diri sebagai presiden.
Tetapi hanya 3 yang mendapatkan suara lebih dari 10 %.
Baca juga: Macron: Prancis Siap Jadi Salah Satu Penjamin Keamanan Ukraina Usai Perang
Baca juga: Dianggap Jadi Ancaman, Jerman dan Prancis akan Mengusir Puluhan Diplomat Asal Rusia
Banyak pemilih tampaknya hanya berfokus pada 3 calon dan menganggap bahwa sembilan kandidat lainnya tidak memiliki harapan untuk lolos ke putaran kedua.
Beberapa dari sembilan kandidat memang memiliki sedikit peluang.
Tetapi pemilihan presiden 2022 menjadi pemilihan terburuk bagi dua partai lama yang dulunya menjalankan Prancis, Partai Republik dan Sosialis.
Kedua partai itu tenggelam hampir tanpa jejak, bahkan Sosialis Anne Hidalgo jatuh di bawah 2%.
Hanya beberapa bulan yang lalu, Valérie Pécresse masih dalam perlombaan untuk Partai Republik sayap kanan.
Namun ia tampil sangat buruk, partainya bahkan tidak bisa mendapat 5% yang dibutuhkan untuk mengklaim biaya pemilihannya.
Partai-partai yang gagal mencapai 5% hanya mendapatkan €800.000 dari dana kampanye mereka yang ditanggung oleh negara, dan Partai Republik akan membayar jauh lebih banyak dari itu.
Putaran kedua dimulai
Pertempuran baru untuk mendapatkan suara rakyat Prancis sedang berlangsung.
Untuk putaran kedua yang akan digelar 24 April mendatang, Marine Le Pen dapat mengandalkan pendukung Eric Zemmour, yang nasionalisme garis kerasnya membuatnya mendapatkan tempat keempat, 7%.
Nasionalis Nicolas Dupont-Aignan juga mendukungnya.
Dengan begitu Le Pen sudah dapat mengandalkan 33% suara harapan.
Sementara itu tim Macron sedang merencanakan serangkaian unjuk rasa besar dan penampilan TV besar.
Sebagian besar kandidat lain di sayap kiri telah mendukungnya, seperti halnya Valérie Pécresse.
Jajak Pendapat
Jajak pendapat Ifop François Dabi mengatakan perkiraan 51%-49% untuk putaran kedua adalah angka yang paling dekat yang pernah mereka prediksi.
Jajak pendapat Elabe menempatkan kesenjangan pada 52%-48% dan jajak pendapat Ipsos menunjukkan jumlah itu masih lebih luas.
Berbicara kepada para pendukungnya, Macron tampak lega dan dia berjanji untuk bekerja lebih keras daripada di putaran pertama kampanyenya.
Ia baru mulai berkampanye delapan hari sebelum pemungutan suara, karena pikirannya lebih terfokus pada perang Rusia di Ukraina.
"Ketika ekstrem kanan dalam segala bentuknya mewakili begitu banyak negara kita, kita tidak bisa merasakan bahwa semuanya berjalan dengan baik," ujarnya.
Ia juga berbicara kepada para pemilih Le Pen: "Saya ingin meyakinkan mereka dalam beberapa hari ke depan bahwa proyek kami menjawab dengan kuat ketakutan dan tantangan mereka di zaman kita."
Le Pen mengatakan sudah waktunya untuk perubahan besar.
Le Pen telah membangun kampanyenya seputar krisis biaya hidup yang dihadapi sebagian besar Eropa.
Ia berjanji untuk memotong pajak dan membebaskan pajak penghasilan untuk di bawah 30-an.
Ada sedikit penekanan pada nasionalisme, tetapi dia menginginkan referendum untuk membatasi imigrasi, perubahan radikal ke Uni Eropa dan larangan jilbab di tempat umum.
Pemilih
Kampanye pemilihan presiden baru ramai dalam dua minggu terakhir, pertama karena pandemi Covid dan kemudian perang Rusia.
Namun pada akhirnya, jumlah pemilih tidak serendah yang ditakuti, yaitu hampir 75%.
Satu dari empat pemilih muda mendukung presiden, meskipun lebih dari satu dari tiga orang berusia 18-24 tahun memilih Jean-Luc Mélenchon, menurut lembaga survei Elabe.
Marine Le Pen paling populer di antara orang berusia 35-64 tahun, sedangkan Macron disukai oleh orang yang berusia di atas 65 tahun.
Dari pidato Macron, ia berencana untuk menjatuhkan Le Pen dengan menyinggung hubungan dekatnya dengan Kremlin.
Meskipun Le Pen mengutuk perang Vladimir Putin, ia sempat mengunjungi Putin sebelum pemilu sebelumnya pada tahun 2017.
Partainya mengambil pinjaman Rusia.
Macron menginginkan Prancis yang membuat aliansi dengan demokrasi besar untuk mempertahankan diri, katanya, bukan negara yang akan meninggalkan Eropa dan hanya memiliki populis dan xenofobia untuk sekutu.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)