Harga Pangan di Amerika Serikat Melonjak, Warga AS Potong Anggaran Belanja hingga Hemat Uang Bensin
Seorang warga AS, yang tinggal di California bernama Candice Weber mengatakan saat ini ia dihadapkan dengan kenaikan bahan bakar dan sembako
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Laporan Harga Pangan Departemen Partanian AS (USDA) yang dirilis pada bulan Maret 2022 menyebut kenaikan harga pangan sudah mencapai rekor tertinggi, dengan kenaikan mencapai 9 persen untuk tahun ini.
Layanan Riset Ekonomi USDA telah memperbarui laporan pada bulan Maret lalu, yang sebelumnya memprediksi kenaikan harga pangan tahun ini akan berkisar antara 4,5 persen hingga 5 persen.
Seorang warga AS, yang tinggal di Victor Valley, California bernama Candice Weber mengatakan saat ini ia dihadapkan dengan kenaikan bahan bakar bensin dan sembako.
Baca juga: Maroko, Mesir dan Tunisia Terancam Krisis Pangan Imbas Perang di Ukraina
“Kami selalu membeli yang tidak bermerek jika tersedia, tetapi bahkan yang sudah naik, Apa yang berhasil sebelumnya dengan anggaran sekarang menempatkan kita di bawah,” ujar Weber, yang dilansir dari situs vvdailypress.com.
Bagi Weber dan mereka yang tinggal di AS, kemungkinan akan sulit menghidangkan bacon di atas meja makan mereka, karena USDA memperkirakan semua harga pangan akan melonjak.
Harga bahan makanan
Dalam laporan harga pangan USDA memperkirakan, harga bahan makanan akan naik antara 3 persen sampai 4 persen dalam beberapa bulan mendatang.
USDA menyebut kenaikan harga bahan makanan, akan menimpa semua kategori termasuk daging, unggas, telur, produk susu, lemak, minyak dan banyak lagi.
Satu-satunya kategori bahan makanan yang diprediksi turun oleh USDA adalah sayuran segar.
Daging sapi dan daging sapi muda memiliki peningkatan harga terbesar di antara bahan makanan pokok lainnya.
Harga daging sapi grosir diprediksi naik antara 4 persen hingga 7 persen.
Warga AS lainnya, Cheryl Causey mengatakan harga bahan makanan yang lebih tinggi, telah memaksanya untuk memotong anggaran belanja.
Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, Harga Pupuk Melonjak, Dunia Dibayangi Krisis Pangan dan Gizi
“Saya memikirkan kembali rencana menu, menulis daftar belanja dan memeriksanya kembali untuk mencoret apa pun yang bukan kebutuhan nyata. Kemudian periksa harga di toko untuk barang-barang yang ada di daftar dan putuskan apakah saya bersedia membayar harga yang lebih tinggi atau tidak," ungkap Cusey.
Causey menambahkan, dengan menggunakan metode membuat daftar belanjaan untuk dua minggu sekaligus, ia dapat menghemat uang dan bensin.
“Tapi setiap kali saya pergi ke toko, saya menemukan harga sudah naik lagi jadi sepertinya saya tidak bisa menang. Oh, dan kesenangan apa pun yang ingin kita lakukan mungkin harus ditunda agar kita bisa membayar bensin dan belanjaan,” tambah Causey.
Baca juga: Indonesia Menjadi Raksasa Pangan Dunia, Dekan FP Unhas: Ini Syaratnya
Makan di luar
Laporan Harga pangan USDA melaporkan biaya makan di rumah makan atau restoran akan mengalami peningkatan sekitar 5,5 persen hingga 6,5 persen.
Penduduk Victorville, California bernama Mark Preston mengungkapkan keprihatinannya kepada pemilik restoran kecil yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan.
“Pemilik ini kehilangan ribuan dolar selama penutupan COVID-19. Dan ketika segalanya mulai terbuka lagi dan mereka menghasilkan uang, tingginya biaya makanan dan transportasi menyebabkan mereka menaikkan harga,” ujar pria yang kini berusia 62 tahun.
Menurut Nation's Restaurant News, rantai restoran di setiap segmen, dari layanan cepat saji hingga casual dining, diperkirakan akan menaikan harga makanan yang mereka sajikan, karena berbagai alasan dari mulai peningkatan biaya tenaga kerja, peningkatan harga bahan makanan hingga inflasi ekonomi.
Setidaknya ada 12 restoran yang secara langsung membahas kenaikan harga di menu mereka, termasuk CFO Wendy’s, Gunter Plosch yang mengatakan perusahaannya akan menaikan harga sekitar 5 persen di tahun ini.
Restoran steak, Texas Roadhouse berencana untuk meningkatkan harga menu makanannya sekitar 3 persen, pada pertengahan bulan ini, karena kenaikan harga komoditas bahan makanan dan biaya lainnya.
Perusahaan induk Burger King, Popeyes, Tim Hortons dan Firehouse Subs, Restaurant Brands International, memperkirakan harga makanan di restoran mereka akan meningkat pada 2022.
Baca juga: Maroko, Mesir dan Tunisia Terancam Krisis Pangan Imbas Perang di Ukraina
Mengapa begitu tinggi?
Alasan melonjaknya harga pangan bervariasi, dari mulai gangguan rantai pasokan global, kenaikan harga bensin, kondisi cuaca buruk, kenaikan harga energi dan perang antara Rusia dan Ukraina.
Menurut New York Times, bahkan sebelum pandemi, harga pangan global cenderung naik karena perang perdagangan AS dan China.
Laporan harga pangan USDA menunjukan, kenaikan harga unggas dan telur eceran disebabkan oleh flu burung.
Harga daging unggas diprediksi akan naik 6 persen sampai 7 persen dan telur naik 2,5 persen hingga 3,5 persen.
"Wabah flu burung yang sangat patogen dapat berkontribusi pada kenaikan harga unggas dan telur melalui pengurangan pasokan atau penurunan harga melalui penurunan permintaan internasional untuk produk unggas atau telur AS," ujar laporan tersebut.
Sedangkan produk susu dilaporkan akan mengalami kenaikan pada tahun ini sebesar 4 persen hingga 5 persen, yang disebabkan karena permintaan yang tinggi.
Konflik di Ukraina juga memberikan tekanan kepada harga pangan. Selain itu, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve juga ikut andil dalam kenaikan harga pangan di AS.
"Dampak konflik di Ukraina dan kenaikan suku bunga baru-baru ini oleh Federal Reserve diperkirakan masing-masing akan memberikan tekanan ke atas dan ke bawah pada harga pangan. Situasi akan dipantau secara ketat untuk menilai dampak bersih dari peristiwa bersamaan ini pada harga pangan saat terungkap," kata laporan itu.