Banjir di Afrika Selatan: Korban Tewas Meningkat Menjadi 443 Orang, Puluhan Lainnya Masih Hilang
Korban tewas akibat banjir yang melanda pantai timur Afrika Selatan meningkat menjadi 443 orang, termasuk seorang penyelamat.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
"Layanan darurat saat ini masih dalam siaga tinggi pada Minggu pagi," kata Robert McKenzie dari layanan darurat provinsi KwaZulu-Natal kepada AFP.
"Hujan turun pada hari Sabtu dan semalaman, tapi sekarang sudah berhenti," kata McKenzie.
Meski begitu, layanan darurat sibuk melayani keluhan di distrik Pinetown di mana sebuah rumah runtuh dalam semalam.
"Untungnya sekarang air banjir sudah surut dan (sebagian) jalan sudah dibersihkan. Akses masyarakat jauh lebih mudah," katanya.
Pemeluk agama Kristen berkumpul di gereja-gereja di seluruh kota untuk berdoa bagi mereka yang terkena dampak banjir saat peraayaan Minggu Paskah.
"Ini adalah tragedi dengan proporsi yang luar biasa," kata Thabo Makgoba, Uskup Agung Cape Town dalam pesan Paskahnya, sehari setelah dia mengunjungi Durban.
"Masyarakat menderita tekanan dan rasa sakit emosional yang parah," kata Makgoba, penerus Desmond Tutu.
Pemerintah, gereja, dan badan amal mengumpulkan bantuan untuk lebih dari 40.000 orang yang kehilangan tempat tinggal akibat banjir tersebut.
Pemerintah telah mengumumkan dana bantuan darurat sebesar satu miliar rand (Rp975 miliar).
Rumah Sakit dan Sekolah Hancur
Deputi Menteri Pembangunan Sosial Hendrietta Bogopane-Zulu, mengatakan sekitar 340 pekerja sosial telah dikerahkan untuk menawarkan dukungan kepada para korban yang trauma dengan banyak anak an kerabat lainnya yang masih hilang.
Sebagian besar korban berada di Durban, kota pelabuhan dan pusat ekonomi utama.
Beberapa bagian kota tidak dialiri air dan listrik sejak Senin setelah banjir merusak infrastruktur.
Puluhan rumah sakit dan ratusan sekolah juga hancur.