Tentara Ukraina Terkepung di Pabrik Baja Mariupol, Presiden Zelensky Balik Mengancam Putin
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan peringatan keras kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky memberikan peringatan keras kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Peringatan tersebut terkait dengan keselamatan pasukan Ukraina terakhir yang mempertahankan Pabrik Baja di Mariupol.
Diberitakan sebelumnya, hingga saat ini beberapa pasukan atau pembela Ukraina masih bertahan di Pabrik Baja Azovstal.
Namun mereka di tengah-tengah kepungan serta serangan Rusia.
Zelensky pun memperingatkan bahwa jika pasukan Rusia membunuh salah satu tentara terakhir yang mempertahankan pabrik baja Mariupol tersebut, maka Zelenzky akan menutup pintu damai dengan Rusia.
Ukraina akan meninggalkan pembicaraan damai dengan Moskow.
Presiden Ukraina juga mengatakan bahwa negaranya akan menarik diri dari pembicaraan damai jika Rusia mengadakan referendum kemerdekaan di Kota Kherson yang diduduki.
Mariupol tetap menjadi kota yang penting secara strategis dan telah dihancurkan oleh Rusia selama berminggu-minggu, dikutip dari The Sun.
Para pejabat mengatakan evakuasi yang direncanakan terpaksa dihentikan lantaran penembakan yang intens di kota tersebut.
Baca juga: Pesawat Rusia, Termasuk Maskapai Sipilnya yang Menuju Suriah Dilarang Melintasi Wilayah Udara Turki
Pasukan Ukraina yang Terkepung di Pabrik Baja: Kami Terluka, Tewas, dan Kami Simpan Mayat Pejuang
Seorang pembela Ukraina, Svyatoslav Palamar, baru-baru ini mengungkapkan kesaksiannya terkait pabrik baja Azovstal yang terkepung oleh pasukan Rusia.
Diketahui dalam pabrik tersebut, banyak pasukan Ukraina bersembunyi, pabrik pun sebagian besar hancur dan warga sipil terperangkap di bawah bangunan yang runtuh.
Svyatoslav Palamar dari resimen Azov tersebut juga mengatakan para pembela telah menangkis gelombang serangan Rusia.
"Saya selalu mengatakan bahwa selama kita di sini, Mariupol tetap di bawah kendali Ukraina," katanya.