Beijing Dihantui Pembatasan Wilayah, Warga Shanghai Geram dengan Perpanjangan Lockdown
Untuk mencegah peningkatan virus Covid-19, banyak bisnis dan kompleks perumahan di Beijing, China mulai ditutup hari ini, Jumat (29/4/2022).
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Perusahaan e-commerce, JD.com telah berusaha keras untuk menjaga agar penduduk China tetap mendapat pasokan yang baik. Kepala di salah satu pusat logistik JD.com di pinggiran Beijing Ming Tang, mengatakan volume pengiriman telah meningkat sebesar 65 persen sejak kasus pertama muncul pada 22 April lalu, dan 80 persen dari isi paket tersebut terkait dengan makanan.
“Upaya pengiriman paket tepat waktu dan jam kerja yang panjang memberikan banyak tekanan pada kurir kami,” katanya.
Pada Kamis (28/4/2022) kemarin, Beijing melaporkan sebanyak 39 kasus, dibanding pada hari sebelumnya yang terdapat 50 kasus.
Libur Hari Buruh, yang dimulai pada 30 April hingga 4 Mei menjadi salah satu musim tersibuk di China, dan industri perjalanan mengalami kerugian karena adanya pandemi Covid-19 ini.
Perusahaan-perusahaan yang membuka kembali pabriknya di Shanghai, harus memesan kamar hotel untuk menampung pekerja dan mengubah bengkel kosong untuk menjadi fasilitas isolasi, karena pihak berwenang mendesak mereka untuk melanjutkan pekerjaan di bawah pembatasan Covid-19.
Baca juga: 3 Minggu Lockdown, Shanghai Makin Perketat Pembatasan Covid-19
Menanggapi pandemi Covid-19 dan hambatan lainnya, pihak berwenang China mengatakan menurunkan kasus Covid-19 menjadi prioritas saat ini, untuk menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin.
“Kita harus menyadari bahwa viruslah yang merugikan perekonomian. Pertempuran melawan epidemi Covid adalah perang, perang perlawanan, perang rakyat.” kata Kepala panel respons Covid Komisi Kesehatan Nasional, Liang Wannian.
Pihak berwenang di Shanghai mengatakan, lebih banyak orang yang secara bertahap sudah diizinkan meninggalkan rumah mereka baru-baru ini. Lebih dari 12 juta orang atau hampir setengah dari populasi, telah diizinkan untuk meninggalkan rumah.
Namun, banyak orang yang tidak dapat meninggalkan kompleks tempat tinggal mereka, sementara banyak tempat seperti toko-toko dan tempat-tempat lainnya juga ditutup. Seringkali, salah satu dari 52.000 polisi yang dimobilisasi untuk pembatasan meminta mereka untuk pulang.
Banyak warga yang mengeluhkan kebijakan yang tidak fleksibel, yang terkadang tidak memperhitungkan keadaan darurat kesehatan atau keadaan individu lainnya.
“Masih banyak kekurangan dalam pekerjaan kami. Beberapa polisi individu tidak memperhatikan gaya atau metode ketika menegakkan hukum, atau mereka emosional atau mekanis” kata Kepala Biro Keamanan Publik Kota, Shu Qing.