Pejabat Mariupol: Rusia Membunuh Warga Sipil Dua Kali Lebih Banyak daripada Nazi Jerman
Dewan Kota Mariupol di Ukraina mengatakan bahwa tentara Rusia membunuh dua kali lebih banyak orang di Mariupol dalam dua bulan, seperti halnya Nazi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Dewan Kota Mariupol di Ukraina mengatakan bahwa tentara Rusia membunuh dua kali lebih banyak orang di Mariupol dalam dua bulan, seperti yang dilakukan Nazi Jerman dalam dua tahun Perang Dunia II.
Hal ini disampaikan Dewan Kota dalam sebuah pernyataan di Telegram.
"Dalam dua tahun, Nazi membunuh 10.000 warga sipil di Mariupol. Dan penjajah Rusia membunuh lebih dari 20.000 penduduk Mariupol dalam dua bulan."
"Lebih dari 40.000 orang dipindahkan secara paksa (dideportasi)," kata Wali Kota Mariupol, Vadym Boychenko, menurut dewan kota dalam pernyataan pada Sabtu (30/4/2022), dikutip dari CNN.
Namun klaim ini tidak dapat diverifikasi secara independen.
Baca juga: Serbia Pamer Rudal Baru dari China di Tengah Perang Rusia-Ukraina
Baca juga: Rusia Minta AS dan NATO Berhenti Pasok Senjata ke Ukraina: Menghambat Negosiasi Damai
Lebih lanjut, Rusia disebut mendeportasi penduduk Mariupol secara ilegal sebagaimana yang dilakukan Hitler selama bertahun-tahun pendudukan.
"Ini adalah salah satu genosida paling mengerikan dari populasi damai dalam sejarah modern."
"Tentara Rusia menargetkan dan tanpa ampun menghancurkan kota kami dan penduduknya," tambah Boychenko.
Sementara itu, pada Minggu (1/5/2022) hari ini, invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-67.
Kabar terfokus pada perkembangan kondisi di pabrik baja Azovstal di Mariupol, tempat ratusan warga sipil berlindung dari pasukan Rusia.
Berikut sejumlah peristiwa terbaru yang telah terjadi, dilaporkan CNN:
1. Pabrik baja Azovstal
Gambar satelit baru dari Maxar Technologies menunjukkan hampir setiap bangunan di pabrik baja yang luas, tempat terakhir untuk warga Ukraina bertahan di Mariupol, telah dihancurkan.
Beberapa warga sipil telah dievakuasi dari pabrik setelah gencatan senjata diberlakukan, menurut seorang komandan Ukraina yang berada di dalam.