Kesaksian Warga Prancis 8 Tahun Bertempur di Sisi Pejuang Republik Donbass
Aymee berusia 34 tahun dari Provinsi Champagne, Prancis, yang datang untuk memperjuangkan Republik Rakyat Donetsk (DPR).
Penulis: Setya Krisna Sumarga
![Kesaksian Warga Prancis 8 Tahun Bertempur di Sisi Pejuang Republik Donbass](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/warga-prancis-di-donbass.jpg)
Relawan, yang menyebut dirinya "seorang Prancis dengan jiwa Rusia", memutuskan untuk tinggal di Donetsk, meskipun itu tidak pernah jadi rencananya.
Ia menjadi warga negara DPR dan masuk Ortodoksi. Setelah fase panas perang Kiev di Donbass berubah menjadi "perang parit", d'Aymée mengambil bagian aktif dalam kebangkitan sistem pendidikan dan kehidupan budaya republik.
Dia mengajar bahasa Prancis di National Technical University of Donetsk dan menjadi penyanyi klasik di Donetsk Symphony Orchestra.
"Saya pikir benar-benar ada keinginan jujur menemukan gencatan senjata dan menyelesaikan krisis secara damai", katanya mengutip Perjanjian Minsk yang ditandatangani Normandy Four pada 2014 dan 2015.
"Tetapi orang-orang yang berusaha mencapainya dianggap tidak berarti bagi mereka yang hanya ingin mengobarkan perang, dan menaklukkan wilayah itu, mengusir penduduk Rusia dan menggantinya dengan sekelompok pencuri dari Galicia," bebernya.
Setelah Rusia menggelar operasi khusus mendemiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina pada 24 Februari, d'Aymée kembali ke medan perang.
Moto Akademi Militer Saint-Cyr adalah "Ils s'instruisent pour siacre", secara harfiah berarti "Mereka belajar untuk menang".
D'Aymée berjuang untuk menang dan dia tahu bahwa operasi khusus Rusia memiliki tujuan yang adil.
![Video handout yang diambil dari rekaman yang dirilis oleh Dewan Kota Mariupol pada 19 April 2022 menunjukkan awan asap mengepul di atas pabrik baja Azovstal dan gerbang galangan kapal Azov yang hancur, saat Rusia melanjutkan upayanya untuk merebut kota pelabuhan Mariupol yang terkepung.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/asap-mengepul-di-atas-pabrik-baja-azovstal-mariupol.jpg)
Pertempuran Merebut Mariupol
"Semua orang lega hal-hal akan segera berakhir," kata sukarelawan ketika ditanya bagaimana reaksi orang-orang Donbass terhadap operasi khusus Rusia.
"Kami hanya sedih memikirkan semua orang yang tidak memiliki kesempatan untuk hidup sampai keputusan memotong simpul Gordian ini," katanya merujuk tujuan operasi militer Rusia.
D'Aymée ikut terlibat pertempuran merebut Mariupol, yang kini dikuasai pasukan DPR dan Rusia. Sementara pers arus utama barat sebagian besar cenderung menggambarkan pejuang Batalyon Azov neo-Nazi sebagai "patriot" dan "pahlawan".
Menurut Aymee, ini tak sesuai kenyataan. Warga sipil Mariupol sama sekali tidak merasa simpati kepada mereka.
"Beberapa warga sipil dapat menceritakan kisah yang begitu mengerikan, Anda hanya mengerti itu tidak dapat dibuat-buat", kata d'Aymée.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.