Intel Inggris: Bergabungnya Finlandia-Swedia ke NATO Bakal jadi Hari Buruk bagi Putin
Intel Inggris menilai, Putin akan mengalami hari buruk jika Finlandia dan Swedia gabung NATO.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Kepala intelijen di McKenzie Intelligence Services yang berbasis di London, Inggris, Louise Jones, memprediksi apa yang akan terjadi jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO.
Menurutnya, ada banyak hal yang mungkin terjadi jika kedua negara tetangga Rusia itu bergabung dengan NATO.
Sebelumnya, Finlandia yang biasanya bersikap netral, pada Kamis (12/5/2022) mengumumkan pergerakannya soal tawaran bergabung dengan NATO.
Tentu, hal tersebut membuat Rusia kesal.
Namun, untuk memahami situasi tersebut, Jones menuturkan perlu melihat sejarah pembentukan NATO.
"Untuk memahami seberapa besar langkah ini, kita harus benar-benar melihat sejarah NATO. Itu dibentuk setelah Perang Dunia Kedua, terutama berfokus pada negara-negara Jerman, Prancis, Inggris dan tentu saja AS, yang sangat banyak dari Eropa Barat."
"Tujuan utamanya adalah untuk melawan Uni Soviet," terang Jones, dikutip dari Sky News.
Baca juga: Sekutu Putin Peringatkan Barat Potensi Perang Nuklir Besar-besaran jika Finlandia-Swedia Gabung NATO
Baca juga: Terancam Dimusuhi Rusia jika Gabung NATO, Presiden Finlandia Minta Putin Ngaca
Tetapi menurut Jones, setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1990-an, negara-negara Baltik seperti Estonia, Lituania dan Latvia, langsung mendaftar menjadi anggota NATO.
"Negara-negara seperti Finlandia dan Swedia, yang telah mempertahankan cukup banyak netralitas selama Perang Dingin, mereka memutuskan untuk melanjutkan kebijakan itu."
Jones menambahkan bahwa bergabungnya kedua negara itu akan menjadi hari yang buruk bagi Presiden Vladimir Putin.
"Ini sama sekali bukan yang dia inginkan, netralitas Finlandia dan Swedia sangat cocok untuknya, dan kemudian dia bisa fokus lebih jauh ke selatan."
"Tapi benar-benar hanya ada sedikit yang bisa dia lakukan sekarang, kudanya telah melesat dengan baik dan benar," jelasnya.
Potensi Perang Nuklir Besar-besaran
Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, ikut memperingatkan negara Barat jika dua negara tetangga, Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO.
Selain itu, Medvedev juga menuturkan, peningkatan dukungan militer Barat ke Ukraina ikut memicu konflik antara Rusia dan NATO.
Menurutnya, konflik-konflik tersebut bisa membawa risiko berubah menjadi perang nuklir besar-besaran.
"Negara-negara NATO memompa senjata ke Ukraina, melatih pasukan untuk menggunakan peralatan Barat, mengirim tentara bayaran dan latihan negara-negara Aliansi di dekat perbatasan kita meningkatkan kemungkinan konflik langsung dan terbuka antara NATO dan Rusia," katanya dalam sebuah posting Telegram, dikutip dari Reuters.
"Konflik seperti itu selalu memiliki risiko berubah menjadi perang nuklir besar-besaran."
"Ini akan menjadi skenario bencana bagi semua orang," tambahnya.
Seperti diketahui, Rusia dan Amerika Serikat merupakan negara yang memiliki kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Rusia memiliki sekitar 6.257 hulu ledak nuklir.
Sementara, tiga kekuatan nuklir NATO, dari Amerika Serikat, Inggris dan Prancis, memiliki sekitar 6.065 hulu ledak gabungan.
Hal ini menurut Asosiasi Kontrol Senjata yang berbasis di Washington.
Putin juga mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia.
Baca juga: Finlandia Bergabung dengan NATO adalah Ancaman bagi Rusia: Ekspansi Buat Dunia Tidak Stabil dan Aman
Untuk itu, Putin mengklaim Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang Rusia.
Putin, yang mengatakan Ukraina dan Rusia pada dasarnya adalah satu orang, menyebut perang itu sebagai konfrontasi yang tak terhindarkan dengan Amerika Serikat.
Putin pun menuduh AS mengancam Rusia dengan ikut campur di 'halaman belakangnya' melalui perluasan NATO ke arah timur.
Ukraina mengatakan sedang memerangi perampasan tanah gaya kekaisaran dan bahwa klaim genosida Putin adalah omong kosong.
Ukraina mengatakan, invasi Putin hanya memperkuat keinginan rakyat Ukraina untuk berpaling ke barat dari orbit Rusia.
Presiden Finlandia Tak Gentar soal Ancaman Putin
Sebelumnya diberitakan, Presiden Finlandia, Sauli Niinisto mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin harus bercermin jika Finlandia resmi bergabung dengan NATO.
Dilansir Reuters, negara Nordik ini diperkirakan akan mengonfirmasi bergabung tidaknya dalam keanggotaan NATO dalam waktu dekat.
Niinisto menyinggung Putin saat ditanya wartawan di sela pertemuannya dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson di Helsinki.
Lawatan Johnson ke Finlandia bertujuan untuk menyepakati pakta kerja sama pertahanan.
"Jika itu masalahnya, maka tanggapan saya adalah: Anda yang menyebabkan ini. Berkaca," jawab Presiden Niinisto saat ditanya tentang kemungkinan tanggapan permusuhan dari Rusia jika Finlandia memilih untuk bergabung dengan NATO.
Baca juga: Menlu Swedia: Finlandia Hampir Pasti Ajukan Keanggotaan NATO
Baca juga: Inggris Siapkan Terapi Khusus untuk Atasi Ganguan Psikis Pengungsi Ukraina
Rusia berulang kali memperingatkan Finlandia dan Swedia agar tidak bergabung dengan NATO, sembari mendesak aliansi militer Barat pimpinan AS itu agar menutup keanggotannya.
Menurut Niinisto, Rusia menganggap Finlandia tidak memiliki "kehendak sendiri" dengan tuntutannya tersebut.
Niinisto mengatakan invasi Rusia ke Ukraina mengubah situasi, karena itu menunjukkan Rusia siap menyerang negara tetangganya.
Menurut laporan Reuters, para diplomat dan pejabat mengatakan bahwa Finlandia diperkirakan akan mengumumkan niatnya untuk bergabung dengan NATO pada Kamis, sementara Swedia kemungkinan akan segera menyusul.
Sekutu NATO mengharapkan Finlandia dan Swedia akan diberikan keanggotaan dengan cepat, menurut sumber dari lima diplomat.
Di wilayah Nordik, Norwegia, Denmark dan tiga negara Baltik sudah menjadi anggota NATO.
Penambahan Finlandia dan Swedia kemungkinan akan membuat Rusia murka.
Diketahui Moskow menganggap ekspansi NATO merupakan ancaman langsung terhadap keamanannya sendiri.
Putin mengutip masalah ini sebagai salah satu alasan agresi militernya di Ukraina.
Moskow juga telah berulang kali memperingatkan Finlandia dan Swedia agar tidak bergabung dengan aliansi tersebut, dengan mengancam "konsekuensi militer dan politik yang serius".
(Tribunnews/Maliana/Ika Nur Cahyani)