Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Unggul di Pilpres Filipina, Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr Pilih Merapat dengan China

Kemenangan telak Ferdinand Marcos Jr. dalam Pilpres Filipina berpotensi memperumit upaya AS menumpulkan menumpulkan pengaruh China di sana.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Unggul di Pilpres Filipina, Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr Pilih Merapat dengan China
Noel CELIS / AFP
Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, mantan senator dan putra mendiang diktator Ferdinand Marcos selama konferensi pers di Manila pada 5 Oktober 2017. 

TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Kemenangan telak Ferdinand Marcos Jr. dalam Pilpres Filipina meningkatkan kehawatiran erosi demokrasi di Asia dan memperumit upaya AS menumpulkan pengaruh China di sana.

Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, putra mantan pemimpin diktator Filipina, Ferdinand Marcos, meraih lebih dari dua kali lipat suara dibanding lawannya, Leni Robredo, menurut perhitungan tidak resmi.

Jika suaranya unggul sampai akhir, Marcos akan menggantikan Presiden Rodrigo Duterte pada akhir Juni nanti untuk masa jabatan enam tahun.

Duterte dikenal dekat dengan China dan Rusia, serta beberapa kali mengritik Amerika Serikat.

Jika menang, Marcos mungkin akan semakin melanggengkan hubungan Filipina dengan China, di saat yang sama memperumit strategi AS di Asia-Pasifik.

Baca juga: Siapa Leni Robredo, Pesaing Terkuat Marcos Jr. dalam Pilpres Filipina?

Baca juga: Bongbong Marcos, Anak Diktator Ferdinand Marcos Unggul dalam Pilpres Filipina

Ferdinand
Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, mantan senator dan putra mendiang diktator Ferdinand Marcos selama konferensi pers di Manila pada 5 Oktober 2017. (Noel CELIS / AFP)

Dilansir Nikkei Asia, ratusan pendukung berkumpul di luar markas kampanye Marcos di Epifanio de los Santos Avenue di Manila tengah, untuk merayakan keunggulan suara berdasarkan penghitungan sementara, Selasa (10/5/2022). 

Dengan lebih dari 98 persen suara dihitung, Marcos memimpin saingan utamanya yakni Wakil Presiden Leni Robredo dengan lebih dari 30 poin persentase.

Berita Rekomendasi

Marcos mengakui kontroversi seputar latar belakangnya dalam sebuah pernyataan oleh juru bicara Vic Rodriguez, yang dikutip oleh Reuters dan media lainnya.

"Kepada dunia, dia (Marcos) berkata: Nilai saya bukan dari leluhur saya, tetapi dari tindakan saya," kata Rodriguez.

"Kepada mereka yang memilih Bongbong (Marcos), dan mereka yang tidak, itu adalah janjinya untuk menjadi presiden bagi semua orang Filipina, untuk mencari titik temu melintasi perpecahan politik dan bekerja sama untuk menyatukan bangsa," imbuhnya.

Selama kampanye, Marcos menolak berpartisipasi dalam debat publik serta menghindari kritik dari kandidat lain.

Sehingga sulit untuk menilai platform kebijakannya secara menyeluruh.

Tetapi pernyataannya di masa lalu, termasuk menyebut keterlibatan Duterte dengan China "benar-benar satu-satunya pilihan kami", menunjukkan bahwa dia akan melanjutkan kebijakan luar negeri pemerintahan saat ini.

Pada Oktober lalu, Marcos mengunjungi Kedutaan Besar China dan berbicara dengan Duta Besar Huang Xilian.

Filipina berada di garis depan ketegangan AS-China, dan terjerat dalam sengketa wilayah dengan Beijing di Laut China Selatan.

Pengadilan arbitrase internasional memutuskan pada tahun 2016 bahwa klaim China luas atas kawasan laut tersebut "tidak memiliki dasar hukum".

Kendati demikian, Beijing terus membangun kehadiran militernya di daerah itu untuk memperkuat kontrol.

Namun, Duterte secara konsisten memulihkan hubungan dengan China, dengan memprioritaskan kerja sama ekonomi di atas pertikaian teritorial.

Bongbong Marcos, calon presiden dan putra mendiang diktator Ferdinand Marcos, menyampaikan pidatonya selama kampanye di dalam gimnasium di kota Bocaue, provinsi Bulacan, utara Manila pada 8 Februari 2022.
Bongbong Marcos, calon presiden dan putra mendiang diktator Ferdinand Marcos, menyampaikan pidatonya selama kampanye di dalam gimnasium di kota Bocaue, provinsi Bulacan, utara Manila pada 8 Februari 2022. (Ted ALJIBE / AFP)

Investasi langsung dari China antara 2016 dan 2021, selama masa jabatan Duterte, membengkak dengan faktor 12 dibandingkan dengan total selama enam tahun sebelumnya di bawah pendahulunya Benigno Aquino.

Infrastruktur, termasuk jembatan yang didanai China, baru-baru ini di Manila telah menjadi pusat kerja sama.

Bagaimana pemerintah yang dipimpin Marcos, jika menang dalam Pilpres, akan berurusan dengan Amerika Serikat (AS) kurang jelas.

Filipina, yang pernah diperintah oleh AS, sekarang menjadi salah satu dari sedikit sekutu perjanjian Asia Washington, bersama dengan Jepang dan Korea Selatan.

Sementara fasilitas militer Amerika di negara itu telah lama ditutup, pasukan AS bergiliran masuk dan keluar untuk latihan di bawah Perjanjian Pasukan Kunjungan sekutu (VFA).

Hubungan ini kadang-kadang goyah di bawah Duterte, dengan presiden pada satu titik memutuskan untuk mengakhiri VFA sebelum kemudian berbalik arah.

Jika Marcos sangat bergantung pada China untuk membantu ekonomi Filipina pulih dari pandemi virus corona, strategi Asia-Pasifik Washington pasti akan terkendala.

Marcos, yang unggul jumlah suara saat ini, akan memimpin bersama Sara Duterte, putri dari Presiden Rodrigo Duterte yang juga memenangkan banyak suara sementara untuk jabatan wakil presiden.

Pada rapat umum hari Sabtu di Manila untuk mengakhiri kampanye, seruan Sara Duterte untuk persatuan menimbulkan sorakan antusias dari kerumunan.

Setelah Marcos memulai pidatonya, beberapa peserta meninggalkan tempat tersebut.

Sosok ayah "Bongbong" Marcos, Ferdinand Marcos tidak bisa lepas dari sejarah kelam Filipina.

Mantan presiden itu mempertahankan cengkeramannya pada kekuasaan dengan merevisi konstitusi dan memberlakukan darurat militer selama bertahun-tahun.

Aktivis dan lawan politik dipenjara dan disiksa.

Seorang anak berdiri di samping poster kampanye (kiri) yang dipajang di daerah kumuh saat dia melihat ke seberang sungai di Manila pada 4 Mei 2022, menjelang pemilihan nasional negara itu pada 9 Mei.
Seorang anak berdiri di samping poster kampanye (kiri) yang dipajang di daerah kumuh saat dia melihat ke seberang sungai di Manila pada 4 Mei 2022, menjelang pemilihan nasional negara itu pada 9 Mei. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Baca juga: Sejarah Otoriter Keluarga Bongbong Marcos Disinggung usai Unggul Telak dalam Pilpres Filipina

Baca juga: Bongbong Marcos, Anak Diktator Ferdinand Marcos Unggul dalam Pilpres Filipina

Rezim itu membunuh lebih dari 3.000 orang, dan keluarga Marcos mengumpulkan sekitar $10 miliar kekayaan dari hasil korupsi.

Terlepas dari semua ini, "Bongbong" Marcos telah membangun fondasi untuk kebangkitan politik.

Ia sempat bertugas di kongres dan senat sejak kembali ke Filipina pada 1991, setelah mengasingkan diri bersama keluarganya selama pemberontakan rakyat pada tahun 1986.

Dia menggunakan media sosial untuk melunakkan citra negatif ayahnya selama kampanye.

Para kritikus khawatir dia akan mencoba menulis ulang sejarah pemerintahan Marcos Sr. setelah menjabat.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas