Kasus Covid Semakin Landai, Uni Eropa Longgarkan Aturan Penggunaan Masker, Tapi Tidak dengan Jerman
masyarakat UE tidak lagi diwajibkan untuk menggunakan masker saat berada di bandara dan pesawat.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Menurunnya kasus positif Covid -19 di Uni Eropa dalam beberapa bulan terakhir membuat Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), mengumumkan masyarakat UE tidak lagi diwajibkan untuk menggunakan masker saat berada di bandara dan pesawat.
Pelonggaran ini dimaksudkan agar mempermudah aktivitas wisatawan yang melakukan perjalanan penerbangan. Keputusan tersebut diambil EASA, setelah pihaknya mendapatkan izin resmi dari parlemen UE.
Baca juga: Jokowi Perbolehkan Lepas Masker di Ruang Terbuka, Ini Kata Ekonom
Direktur eksekutif EASA, Patrick Ky menyebut aturan ini disahkan setelah para parlemen UE melaporkan tingkat penurunan pasien positif Covid -19 dibeberapa negara besar Eropa.
Melansir dari laman Timeoutabudhabi, penurunan drastis tersebut diperkirakan mulai terjadi setelah Uni Eropa meningkatkan vaksinasi pada warga negaranya. Hal inilah yang membuat kekebalan tubuh masyarakat UE meningkat, sehingga virus Covid tak dapat lagi menembus pertahanan imun tubuh.
"Sangat melegakan bagi kita semua bahwa kita akhirnya mencapai tahap dalam pandemi di mana kita dapat mulai melonggarkan langkah-langkah keamanan kesehatan," ujar Patrick Ky.
Tak lama dari keluarnya aturan ini, pemerintah Prancis pun langsung mencabut kewajiban penggunaan masker wajah dibeberapa fasilitas umum seperti di dalam pesawat, kereta api, dan bus.
Baca juga: Jokowi Perbolehkan Copot Masker di Luar Ruangan, Menkes: Awal Transisi Menuju Endemi
Meski ada pelonggaran aturan, Patrick Ky tetap mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga jarak serta menghormati pilihan orang lain disekitar mereka, yang memutuskan untuk memakai masker.
Ky juga meminta penumpang yang sedang mengalami batuk dan bersin untuk mempertimbangkan memakai masker, demi menjaga kesehatan penumpang lainnya.
Sayangnya kebijakan yang diambil UE tak sejalan dengan prinsip pemerintah Jerman, dalam siaran persnya pada Senin (16/5/2022), pihaknya menyatakan bahwa negaranya kini sedang menghadapi pembatasan yang lebih ketat.
Menurut menteri kesehatan Jerman, Petra Grimm-Benne, varian virus baru diperkirakan akan muncul di musim gugur dan musim dingin. Meski saat ini kasus positif di negaranya telah menurun, namun Benne menegaskan agar Jerman tak boleh lengah terlebih, varian Delta merupakan virus covid paling berbahaya karena varian ini lebih mudah menularkan virus.
Baca juga: Tanggapan Pakar Epidemiologi Terkait Kebijakan Lepas Masker di Luar Ruangan
“Pandemi korona belum berakhir – kita tidak boleh tertipu oleh insiden yang menurun saat ini. Kita sekarang harus bersiap menghadapi musim dingin dan menggunakan waktu untuk dapat menjawab pertanyaan penting tentang kekebalan populasi atau mekanisme rantai infeksi,” kata menteri kesehatan Benne.
Alasan inilah yang membuat Kementerian Kesehatan federal harus menyusun rencana induk untuk memerangi pandemi corona sesegera mungkin. Situs berita Jerman, The Local mencatat, pada hari Selasa (17/5/2022) sebanyak 86.253 pasien telah terinfeksi Covid hanya dalam periode 24 jam terakhir, dan 437,6 infeksi per 100.000 orang dalam sepekan.
Sementara untuk kasus kematian pemerintah Jerman menyebut hingga saat ini sudah ada 215 kematian terkait Covid. Para ahli percaya mungkin Jerman akan mengalami lonjakan infeksi dua kali lebih besar, karena banyak kasus yang tidak dilaporkan.