Presiden Erdogan Tegaskan Tak Ingin NATO Tampung Pelindung “Musuh” Turki
Turki bersikeras menuduh dua negara Nordik itu gagal mengekstradisi puluhan tersangka "teroris" - sebuah referensi ke Kurdi.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA – Presiden Turki Tayyip Erdogan tegaskan kembali tak ingin NATO menerima keanggotaan Finlandia dan Swedia yang melindungi musuh-musuh Turki.
Turki bersikeras menuduh dua negara Nordik itu gagal mengekstradisi puluhan tersangka "teroris" - sebuah referensi ke Kurdi yang diduga terkait Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Kelompok ini ditunjuk Ankara sebagai organisasi teroris. Tayyip Erdogan menegaskan kembali pernyataannya pada briefing, Senin (16/5/2022).
"Kami tidak bisa mengatakan ya. Jika tidak, NATO tidak akan menjadi organisasi keamanan, melainkan akan menjadi tempat di mana akan ada banyak perwakilan teroris. Kami tidak bisa mengatakan ya, tidak ada pelanggaran," pemimpin Turki itu.
Menurut Presiden Turki, Ankara tidak dapat mempercayai jaminan dari duo Nordik itu bahwa mereka tidak akan mendukung "teroris".
Baca juga: Finlandia Bangun Lebih dari 50.000 Bunker Sejak 1960-an, Siapkan Potensi Konflik dengan Rusia
Baca juga: Swedia-Finlandia Masuk NATO, Rusia Akan Pertimbangkan Nuklir di Baltik
Baca juga: Niat Swedia-Finlandia Bergabung dengan NATO Bisa Berdampak Serius, Apakah Aliansi akan Menerima?
Erdogan menambahkan, Ankara juga tidak akan mengatakan persetujuannya kepada mereka yang menjatuhkan sanksi pada Turki.
Dia menambahkan delegasi Finlandia dan Swedia akan mengunjungi Turki pada Senin, tetapi mereka "tidak perlu repot" jika mereka ingin mencoba meyakinkan Ankara.
Pada saat yang sama, dia menegaskan kembali Turki tidak ingin mengulangi “kesalahan” yang sama ketika setuju menerima kembali saingan regionalnya Yunani ke dalam sayap militer NATO pada 1980.
Turki Tak Ingin Ulangi Kesalahan
Turki sebelumnya memberi kesempatan yang memungkinkan Athena mengambil sikap terhadap Turki dengan NATO di belakangnya.
Stockholm dan Helsinki telah secara resmi mengumumkan niat mereka untuk mengajukan keanggotaan NATO setelah operasi militer khusus Rusia dimulai di Ukraina.
Namun, Turki telah memperingatkan mereka dapat memblokir perluasan aliansi 30-anggota, menuduh kedua negara mendukung militan Kurdi yang dianggap Ankara sebagai teroris.
Menurut Ankara, Swedia dan Finlandia sejauh ini menolak permintaan dari Turki untuk mengekstradisi total 33 tersangka yang diduga terkait dengan PKK dan gerakan Gulen.
Mereka menurut pemerintah Erdogan berada di balik upaya kudeta yang gagal pada 2016.