Nasib Ratusan Tentara Ukraina Tak Pasti Usai Menyerah, Dijamin Putin atau Terancam Hukuman Mati
Berikut nasib tentara yang menjaga benteng terakhir Ukraina di kawasan Pabrik Baja Azovstal telah menyerah kepada Rusia tidak pasti.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Ratusan tentara yang menjaga benteng terakhir Ukraina di kawasan Pabrik Baja Azovstal telah menyerah kepada Rusia pada Senin (16/5/2022) lalu.
Rusia mengatakan pada Selasa (17/5/2022), sebanyak 265 tentara Ukraina telah menyerah di pabrik baja.
Hal itu dilakukan beberapa jam setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan misi untuk mempertahankan fasilitas itu telah berakhir.
Kini, nasib ke-265 tentara yang sudah dievakuasi ke kawasan Rusia tersebut, tidak pasti.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan, dari 265 tentara yang menyerah, 51 tentara terluka parah.
Kemudian, 51 tentara tersebut dibawa ke rumah sakit di Novoazovsk di wilayah Donetsk yang memisahkan diri dari Ukraina.
Namun, tetap saja nasib mereka masih belum jelas.
Sementara, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar mengatakan, akan ada prosedur pertukaran untuk kepulangan ratusan tentara tersebut.
Tetapi, ia mengakui proses pemulangan ratusan tentara tersebut tidak mudah.
"Prosedur pertukaran akan dilakukan untuk kepulangan mereka, tetapi Zelenskyy memperingatkan bahwa pekerjaan membawa anak-anak itu pulang membutuhkan kehalusan dan waktu," ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.
Di sisi lain, Ketua Parlemen Rusia atau Ketua Duma Negara Rusia, Vyacheslav Volodin mengatakan akan mempertimbangkan pelarangan pertukaran tawanan perang Rusia dengan anggota resimen Azov Ukraina yang ditangkap.
Baca juga: RANGKUMAN Sejumlah Peristiwa yang Terjadi Selama Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-84
Baca juga: Bintang TikTok Ukraina Valeria Shashenok Ceritakan Kehidupan selama Perang
Sebab, ia menilai tentara tersebut 'penjahat Nazi' yang tidak boleh dimasukkan dalam pertukaran tahanan.
"Mereka adalah penjahat perang dan kita harus melakukan segalanya untuk membawa mereka ke pengadilan," katanya.
Bahkan, Situs Web Resmi Duma mengatakan, dia telah meminta komite pertahanan dan keamanan untuk menyiapkan instruksi untuk itu.