George W Bush Cerca Rusia, Terpeleset Sebut Invasi ke Irak Ilegal
Presiden AS, George W Bush meluncurkan invasi Irak tahun 2003 yang dengan cepat menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein di Baghdad.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Washington terus menuduh Baghdad mengabaikan larangan mengembangkan senjata pemusnah massal setelah Perang Teluk 1991.
Klaim-klaim itu kemudian terbukti tidak akurat, bagaimanapun, karena pasukan AS gagal mengungkap proyek WMD yang sedang berlangsung meskipun ada inspeksi intensif.
Lebih dari 19 tahun kemudian, sekitar 2.500 tentara AS tetap berada di negara itu, meskipun mereka sekarang bertugas dalam peran non-tempur dengan izin dari pihak berwenang setempat.
Pada Maret, Jenderal Frank McKenzie – saat itu kepala Komando Pusat AS (CENTCOM) – menyarankan kehadiran militer AS tidak akan berakhir dalam waktu dekat.
Argumentasi itu didasarkan potensi ancaman yang ditimbulkan kelompok-kelompok milisi bersenjata yang didukung Iran.
Dalih Eks PM Inggris Tony Blair
Di London, sekutu dekat George W Bush, Tony Blair beberapa waktu lalu juga mengomentari situasi perang di Ukraina.
Menurut Tony, barat harus berjuang mengalahkan Rusia demi mencegah Vladimir Putin melakukan hal yang sama ke negara lain.
Hal ini disampaikan Tony dalam wawancaranya bersama New York Times, Selasa (3/5/2022).
"Saya pikir ambisi kami harus mengalahkan agresi Rusia di Ukraina dan mengamankan mundurnya Rusia atas apa yang telah mereka lakukan," kata Blair.
"Jelas kepentingan barat memastikan (Putin) segan melakukan ini lagi. Karena itu tindakan luar biasa, agresi tak beralasan, di ambang pintu Uni Eropa," tambahnya.
Tony mengaku telah mengatakan kepada Putin barat tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Rusia saat ia masih menjabat.
Tetapi, menurut Tony, Putin pada 2005 telah menjadi 'benar-benar terobsesi' dengan gagasan barat menentangnya.
Tony pun membantah disamakan antara invasi Inggris dan AS ke Irak dan serangan Rusia ke Ukraina.