Sedikitnya 80 Kasus Monkeypox Dikonfirmasi di 12 Negara
lebih dari 80 kasus cacar monyet (Monkeypox) telah dikonfirmasi pada setidaknya 12 negara di dunia.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Sebanyak lebih dari 80 kasus cacar monyet (Monkeypox) telah dikonfirmasi pada setidaknya 12 negara di dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa 50 kasus lainnya yang dicurigai saat ini sedang diselidiki.
Kendati menyebut angka temuan kasus, lembaga kesehatan global tersebut tidak menyebut nama negara manapun dan hanya memperingatkan bahwa akan ada lebih banyak kemungkinan kasus yang dilaporkan.
Dikutip dari laman BBC, Sabtu (21/5/2022), kasus infeksi ini telah dikonfirmasi di 9 negara Eropa, serta Amerika Serikat (AS), Kanada dan Australia.
Perlu diketahui, Monkeypox paling sering terjadi di daerah terpencil yang terletak di wilayah Afrika Tengah dan Barat.
Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris, penyakit ini adalah infeksi virus langka yang biasanya bergejala ringan dan sebagian besar sembuh dalam beberapa pekan.
Virus itu tidak menyebar secara mudah diantara orang-orang dan risiko penularan terhadap masyarakat luas pun masih tergolong sangat rendah.
Tidak ada vaksin khusus untuk Monkeypox, namun vaksin cacar diklaim menawarkan 85 persen perlindungan karena kedua virus tersebut disebut sangat mirip.
Sejauh ini, lembaga kesehatan masyarakat di Eropa telah mengkonfirmasi kasus di Inggris, Spanyol, Portugal, Jerman, Belgia, Prancis, Belanda, Italia dan Swedia.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan pada Jumat kemarin, WHO mengatakan bahwa wabah yang muncul baru-baru ini 'tidak biasa, karena terjadi di negara-negara non-endemik'.
WHO juga memperingatkan agar publik tidak menstigmatisasi suatu kelompok atau komunitas karena penyakit itu.
Baca juga: Cacar Monyet Terus Menyebar, WHO Langsung Rapat Darurat, Dunia Waspada
"Ini bisa menjadi penghalang untuk mengakhiri wabah karena dapat mencegah orang dalam memperoleh perawatan, dan menyebabkan penyebaran yang tidak terdeteksi," tegas WHO.
Seperti yang disampaikan Direktur Regional WHO Eropa, Hans Kluge.
"Saat kita memasuki musim panas, bersamaan dengan diadakannya pertemuan massal, festival dan pesta, saya khawatir penularan dapat semakin cepat," kata Kluge.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.