Presiden Joe Biden Umumkan 12 Negara Anggota IPEF, Indonesia Masuk Anggota, China Tidak
Kerja sama tersebut tidak menawarkan insentif kepada calon mitra dengan penurunan tarif atau memberi anggotanya akses yang lebih besar ke pasar Amerik
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Senin, (23/5/2022) di Tokyo mengumumkan pembentukan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik atau Indo-Pacific Economic Framework IPEF.
IPEF ini beranggotakan 13 negara di negara-negara Asia Pasifik, termasuk di dalamnya Indonesia.
Namun China tidak termasuk di dalam anggota IPEF.
Dilaporkan Associated Press, Presiden Biden mengatakan 12 negara yang bergabung dengan pakta perdagangan baru ini akan Amerika Serikat bekerja lebih erat dengan ekonomi Asia dalam berbagai isu termasuk rantai pasokan, perdagangan digital, energi bersih dan anti- upaya korupsi.
Adapun 12 negara yang tergabung alam Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik adalah Australia, Brunei Darussalam, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam serta Amerika Serikat.
Baca juga: KSP Nilai KTT Khusus ASEAN-AS Berhasil dan Memberi Dampak pada Indonesia
Bersama dengan Amerika Serikat, gabungan 12 negara ini mewakili 40 persen dari PDB (produk domestik bruto) dunia.
Negara-negara tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa pakta itu akan membantu mereka secara kolektif “mempersiapkan ekonomi untuk masa depan” menyusul gangguan dari pandemi virus corona dan serangan Rusia ke Ukraina.
Para kritikus mengatakan kerangka kerja tersebut memiliki kekurangan.
Kerja sama tersebut tidak menawarkan insentif kepada calon mitra dengan penurunan tarif atau memberi anggotanya akses yang lebih besar ke pasar Amerika Serikat.
Keterbatasan tersebut mungkin tidak membuat IPEF menjadi alternatif lebih menarik dibanding Kemitraan Trans-Pasifik yang saat ini masih bergerak maju setelah AS keluar dibawah pemerintahan Donald Trump.
Gedung Putih mengumumkan rencana untuk membangun kerangka ekonomi pada Oktober lalu sebagai pengganti Kemitraan Trans-Pasifik.
Kerja sama baru itu datang pada saat AS yakin memiliki keunggulan dalam persaingannya dengan Beijing.
Bloomberg Economics menerbitkan laporan pekan lalu yang memproyeksikan pertumbuhan PDB AS sekitar 2,8 persen tahun 2022, dibandingkan dengan 2 persen untuk China, yang selama ini kerepotan menahan virus corona melalui lockdown ketat sementara juga berurusan dengan anjloknya sektor properti.
Perlambatan tersebut merusak asumsi bahwa China akan secara otomatis menggantikan AS sebagai ekonomi terkemuka dunia.