Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WHO Rilis Laporan 250 Kasus Cacar Monyet di 16 Negara, Indonesia Lakukan Pencegahan

WHO rilis laporan 250 kasus Cacar Monyet di 16 Negara. Indonesia belum ada kasus cacar monyet, namun Kemenkes terus lakukan upaya pencegahan.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in WHO Rilis Laporan 250 Kasus Cacar Monyet di 16 Negara, Indonesia Lakukan Pencegahan
straitstime.com
WHO rilis laporan 250 kasus Cacar Monyet di 16 Negara. Indonesia belum ada kasus cacar monyet, namun Kemenkes terus lakukan upaya pencegahan. 

TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merilis laporan terbaru perkembangan penyakit cacar monyet.

Data terbaru dari Negara-negara Anggota WHO hingga 22 Mei, menunjukkan lebih dari 250 kasus yang dikonfirmasi dan diduga dari monkeypox dari 16 negara dan beberapa wilayah WHO, seperti diberitakan PBB.

“Yang kita ketahui dari virus ini dan cara penularannya, wabah ini masih bisa dibendung. Ini adalah tujuan WHO dan Negara-negara Anggota untuk menahan wabah ini dan menghentikannya,” kata Dr Rosamund Lewis, kepala tim cacar, yang merupakan bagian dari Program Darurat WHO.

“Risiko terhadap masyarakat umum tampaknya rendah, karena kita tahu bahwa cara penularan utama telah dijelaskan di masa lalu,” tambahnya.

Baca juga: Indonesia Waspadai Pelaku Perjalanan dari 11 Negara Endemik Cacar Monyet

Penularan melalui kontak kulit

Menurut badan kesehatan PBB, wabah cacar monyet ini telah ditularkan terutama melalui kontak kulit-ke-kulit, meskipun virus juga dapat ditularkan melalui tetesan napas dan tempat tidur yang terkontaminasi.

Masa inkubasi monkeypox biasanya dari enam sampai 13 hari tetapi dapat berkisar dari lima sampai 21 hari.

Berita Rekomendasi

"Kami belum memiliki informasi apakah ini akan ditularkan melalui cairan tubuh," kata Dr Lewis, sebelum mendesak kelompok yang berpotensi berisiko untuk berhati-hati saat berhubungan dekat dengan orang lain.

"Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dan (itu) tidak terkait dengan kelompok orang tertentu,” kata Dr Lewis kepada wartawan di Jenewa.

Indonesia Masih Aman dari Cacar Monyet

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan belum ada laporan kasus cacar monyet (monkeypox) di Indonesia. 

Kemenkes tetap melakukan sejumlah kewaspadaan untuk mencegah terjadinya penularan di Indonesia.

“Hingga saat ini belum ada kasus (cacar monyet) yang dilaporkan dari Indonesia,” katanya pada konferensi pers secara virtual di Jakarta, Selasa (24/5/2022), diberitakan Kemenkes.

Kementerian Kesehatan tetap melakukan kewaspadaan dengan memperbarui situasi dan frekuensi question (FAQ) terkait monkeypox yang dapat diunduh melalui https://infeksiemerging.kemkes.go.id/.

Kemenkes juga menyiapkan surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan di setiap wilayah melalui dinas kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan, dan rumah sakit.

Revisi pedoman pencegahan dan pengendalian cacar monyet pun dilakukan untuk menyesuaikan situasi dan informasi baru dari WHO, khususnya mengenai surveilans, tatalaksana klinis, komunikasi risiko, dan pengelolaan laboratorium.

Baca juga: Kemenkes: Cacar Monyet Dapat Sembuh Sendiri, Gejalanya Diawali dengan Demam Tinggi

Cacar monyet 

Cacar monyet disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat highlipatogenik atau zoonosis.

Virus Ini pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958, sedangkan kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970.

Penularan melalui kontak erat dengan hewan atau manusia yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi virus.

“Penularan dapat melalui darah, air liur, cairan tubuh, Lesi kulit atau cairan pada cacar, kemudian droplet pernapasan,” katanya.

Masa inkubasi cacar monyet

Masa inkubasi cacar monyet biasanya 6 sampai 16 hari tetapi dapat mencapai 5 sampai 21 hari.

Fase awal gejala yang terjadi pada 1 sampai 3 hari yaitu demam tinggi, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.

Pada fase erupsi atau fase paling infeksius terjadinya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Secara bertahap mulai dari bintik merah seperti cacar makulopapula, lepuh berisi cairan bening (blister), lepuh berisi nanah (pustule), kemudian mengeras  atau keropeng lalu rontok.

“Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok,” ucap dr. Syahril.

Baca juga: Anggota Komisi IX DPR Minta Pemerintah Antisipasi Penyebaran Cacar Monyet

Pencegahan Cacar Monyet

Upaya pencegahan untuk masyarakat, jika mengalami gejala demam dan ruam harap memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.

Masyarakat diimbau mematuhi protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

WHO menetapkan cacar monyet saat ini menjadi penyakit yang memerlukan perhatian masyarakat global, karena sebagian besar kasus dilaporkan dari pasien yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara endemis.

“Sebagian kasus berhubungan dengan adanya keikutsertaan pada pertemuan besar yang dapat meningkatkan risiko kontak baik melalui lesi, cairan tubuh, droplet, dan benda yang terkontaminasi,” tutur dr. Syahril.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Cacar Monyet

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas