Marak Penembakan Massal di Amerika Serikat, Penjualan Ransel Antipeluru Meroket
Merek tersebut adalah Leatherback Gear yang didirikan oleh mantan agen Dinas Rahasia Amerika Serikat (Secret Service), Mike De Geus
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Penembakan terhadap warga sipil di Amerika Serikat (AS) marak akhir-akhir ini.
Terbaru penembakan massal anak sekolah dasar di Uvalde, Texas, AS, Selasa (24/5/2022) lalu, menewaskan 19 murid SD.
Maraknya penembakan di AS membuat penjualan ransel antipeluru di Amerika Serikat (AS) meningkat.
Bahkan penjualan salah satu merek meningkat tajam hingga 800 % .
Merek tersebut adalah Leatherback Gear yang didirikan oleh mantan agen Dinas Rahasia Amerika Serikat (Secret Service), Mike De Geus.
Sebagaimana diwartakan TMZ, De Geus mengeklaim ransel produk Leatherback memiliki ketahanan antipeluru yang sama dengan yang dipakainya ketika melindungi presiden Amerika Serikat.
Baca juga: Setelah di Texas, Penembakan Massal Lain Terjadi di Sepanjang Minggu di AS, 8 Tewas dan 45 Terluka
Salah satu ransel yang laku keras usai pembantaian di Uvalde adalah Sport One Jr. Ransel ini bisa dipisahkan menjadi dua bagian untuk melindungi bagian tubuh depan dan belakang.
Satu unit ransel Sport One Jr dibanderol Leatherback Gear dengan harga USD249,99 atau sekitar Rp3,6 juta.
De Geus mengaku ransel itu didesain untuk mengantisipasi penembakan massal di sekolah.
Sementara itu, perusahaan ransel antipeluru lain, TuffyPacks, mengaku penjualan produknya meningkat hingga 300 % sejak pembantaian di Uvalde.
Perusahaan ransel antipeluru lain, Dog Security juga melaporkan kenaikan penjualan serupa.
Penembakan massal di SD Robb, Uvalde menewaskan 19 anak-anak dan dua guru.
Ini adalah penembakan sekolah paling mematikan ketiga di AS setelah peristiwa Sandy Hook dan Virginia Tech, masing-masing pada 2012 dan 2007 silam.
Tragedi di Uvalde pun membuat isu kontrol senjata api di AS kembali santer dibicarakan.