Marak Penembakan Massal di Amerika Serikat, Penjualan Ransel Antipeluru Meroket
Merek tersebut adalah Leatherback Gear yang didirikan oleh mantan agen Dinas Rahasia Amerika Serikat (Secret Service), Mike De Geus
Editor: Hasanudin Aco
Namun hingga berita ini diturunkan, pembahasan undang-undang yang memperketat kontrol senjata api masih macet di Kongres AS.
Presiden Joe Biden dan Ibu Negara Jill Biden mengunjungi lokasi peringatan sementara di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, Minggu kemarin .
Mereka berhenti di tiap-tiap 19 foto siswa dan dua guru yang tewas setelah seorang remaja berusia 18 tahun yang bersenjatakan dua senapan semi-otomatis melepaskan tembakan membabibuta di ruang kelas mereka.
Ketika negara berduka, muncul kembali pertanyaan tentang apa yang telah dilakukan – atau yang sudah dilakukan – aparat penegak hukum ketika laki-laki bersenjata itu berada di dalam kelas. Kematian para siswa dan guru itu kembali memicu seruan dari sejumlah pihak untuk memberlakukan aturan kepemilikan senjata api yang lebih ketat.
Presiden AS Joe Biden saat pidato pada upacara kelulusan di sebuah universitas Sabtu (28/5/2022), mengatakan penembakan di Texas itu dan juga penembakan bermotif rasial di sebuah toko eceran di New York sepuluh hari sebelumnya insiden di Texas.
“Kita tidak bisa mencegah tragedi seperti ini. Tapi kita dapat membuat Amerika menjadi lebih aman. Kita dapat melakukan sesuatu untuk melindungi kehidupan orang-orang dan anak-anak kita,” ujar Biden.
Biden dan sejumlah tokoh lain yang mendukung pembatasan kepemilikan senjata api yang lebih ketat menunjukkan bahwa insiden penembakan di Texas merupakan akibat dari undang-undang yang longgar.
Sementara mereka yang mendukung hak-hak memiliki senjata api mengatakan fokus pada senjata api saja adalah masalah sekunder, karena yang lebih produktif adalah menjadikan sekolah lebih aman.
Sumber: TMZ/VOA/Kompas.TV