China Dukung Rusia, Indonesia Jadi Saksi Kedekatan Xi Jinping dan Putin 9 Tahun Silam
Presiden China Xi Jinping menegaskan kembali dukungannya untuk Rusia terkait masalah "kedaulatan dan keamanan".
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Presiden China Xi Jinping menegaskan kembali dukungannya untuk Rusia terkait masalah "kedaulatan dan keamanan".
Dukungan itu disampaikan Xi Jinping dalam percakapannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, melalui panggilan telepon tepat di hari ulangtahun ke-69 pemimpin China tersebut, Rabu (15/6/2022).
Seperti dikutip CNN, panggilan itu merupakan kedua kalinya Xi dan Putin berbicara sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Baca juga: Janji Xi Jinping kepada Putin: China akan Selalu Dukung Rusia dalam Hal Kedaulatan dan Keamanan
Mereka terakhir berbicara hanya beberapa hari setelah Moskow meluncurkan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus."
China juga telah menahan diri untuk tidak menyebut tindakan Rusia sebagai invasi dan telah berjalan baik dalam masalah ini.
Ia menggambarkan dirinya sebagai menyerukan perdamaian dan menegakkan tatanan global, sementara menolak untuk mencela tindakan Rusia.
China juga menggunakan aparat media pemerintahnya untuk meniru garis Kremlin yang menyalahkan Amerika Serikat dan NATO atas krisis tersebut.
Menurut Kementerian Luar Negeri China, Xi juga berjanji untuk memperdalam koordinasi strategis antara kedua negara.
Kedua pemimpin menekankan hubungan negara mereka "berada pada titik tertinggi sepanjang masa" dan menegaskan kembali komitmen untuk secara konsisten memperdalam kemitraan komprehensif.
Selama panggilan pada hari Rabu, Xi menekankan China selalu secara independen menilai situasi di Ukraina dan menyerukan semua pihak untuk mendorong penyelesaian yang tepat dari krisis Ukraina.
Baca juga: Diplomat Rusia Ungkap Sikap Ukraina Hingga Negosiasi Buntu, Tak Ada Upaya Cari Perdamaian
China "bersedia untuk terus memainkan perannya" dalam mempromosikan "solusi yang tepat" ke Ukraina, katanya.
Ringkasan panggilan Rusia mengambil posisi ini selangkah lebih maju.
"Presiden China mencatat legitimasi tindakan Rusia untuk melindungi kepentingan nasional yang mendasar dalam menghadapi tantangan terhadap keamanannya yang diciptakan oleh kekuatan eksternal," katanya.
Kurangnya kecaman China atas perang Rusia di Ukraina telah semakin mempertegang hubungan Beijing dengan AS dan sekutunya.