China Luncurkan Kapal Induk Ketiga Buatan dalam Negeri, Lebih Canggih dari Liaoning dan Shandong
China meluncurkan kapal induk ketiga dan tercanggihnya. Kapal pertama yang dirancang dan dibangun di dalam negeri China.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
China sekarang memiliki kekuatan angkatan laut terbesar di dunia, dan kapal induk adalah kapal inti dari armada kekuatan besar mana pun.
Kapal-kapal besar pada dasarnya adalah pangkalan udara bergerak, yang memungkinkan penyebaran pesawat dan persenjataan jangka panjang yang cepat ke teater tempur.
Peningkatan angkatan laut China terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dengan AS, yang di bawah Presiden Joe Biden berusaha untuk memperkuat hubungan dengan sekutu dan mitra di kawasan Asia-Pasifik untuk melawan pengaruh ekonomi dan kekuatan militer Beijing yang berkembang.
Persaingan angkatan laut
Kapal induk pertama China, Liaoning, adalah kapal era Soviet yang belum selesai yang dibeli Beijing dari Ukraina pada tahun 1998, diperbarui dan akhirnya ditugaskan pada tahun 2012.
Militer China menggunakan pengetahuan teknologi yang diperoleh dari kapal itu untuk membangun kapal induk pertama yang dibangun di dalam negeri, Shandong, yang mulai beroperasi pada Desember 2019.
Tetapi meskipun dua kapal induk awal China meningkatkan kekuatan angkatan lautnya, kemampuan mereka masih jauh di belakang AS, yang memiliki total 11 kapal dalam pelayanan.
Selain itu, baik Liaoning maupun Shandong didasarkan pada teknologi Soviet yang sudah ketinggalan zaman.
Kedua kapal induk tersebut menggunakan sistem peluncuran ski-jump, di mana pesawat hanya akan lepas landas dari sedikit tanjakan.
Sementara kapal induk AS menggunakan sistem ketapel yang lebih canggih untuk meluncurkan pesawat mereka.
Pesawat yang diluncurkan dengan ketapel dapat mengudara lebih cepat dan dengan jumlah bahan bakar dan amunisi yang lebih banyak, memberi mereka keunggulan dibandingkan pesawat yang diluncurkan dengan lompat ski, yang mengandalkan kekuatannya sendiri saat lepas landas.
Namun, terlepas dari sistem peluncuran yang canggih, Funaiole CSIS mengatakan masih ada tanda-tanda bahwa kapal induk China tertinggal di belakang rekan-rekannya di AS, yang memiliki lebih banyak ketapel, saluran udara yang lebih besar, dan lebih banyak elevator untuk memungkinkan penyebaran pesawat yang lebih cepat.
Semua kapal induk AS juga bertenaga nuklir, sementara Fujian diyakini beroperasi dengan penggerak uap konvensional, yang menurut Funaiole akan membatasi jangkauannya.
"(Meskipun) ini mungkin kurang menjadi faktor bagi China saat ini karena banyak kepentingannya berada di dekat laut," katanya.
Baca juga: Telepon Putin, Xi Jinping Tegaskan China Dukung Rusia
Baca juga: Janji Xi Jinping kepada Putin: China akan Selalu Dukung Rusia dalam Hal Kedaulatan dan Keamanan