Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terjebak Krisis Ekonomi, Stok BBM Sri Lanka Hanya Cukup untuk Lima Hari

Sri Lanka menunggu konfirmasi resmi tentang batas kredit $500 juta dari Bank Exim India, Kolombo akan bertahan 5 hari dengan stok BBM yang ada.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Terjebak Krisis Ekonomi, Stok BBM Sri Lanka Hanya Cukup untuk Lima Hari
AFP/ISHARA S. KODIKARA
Pengendara mengantre untuk membeli bahan bakar di stasiun bahan bakar perusahaan minyak Ceylon di Kolombo pada 15 Mei 2022. Melihat keadaan yang sedang terjadi di Sri Lanka, Kolombo akan bertahan sekitar lima hari lagi dengan stok BBM yang ada. 

TRIBUNNEWS.COM - Sri Lanka sedang menunggu konfirmasi resmi tentang batas kredit $500 juta dari Bank Exim pemerintah India.

Menurut Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera kredit tersebut akan digunakan untuk mendanai pengiriman bahan bakar selama beberapa minggu ke depan.

Berdasar kondisi yang terjadi, Wijesekera mengatakan Kolombo akan bertahan sekitar lima hari lagi dengan stok BBM yang ada.

Dilansir CNN, negara berpenduduk 22 juta orang itu terjebak dalam krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade.

Baca juga: Sri Lanka Kembali Percayakan Pencetakan 1 Juta Buku Paspor ke Peruri

Baca juga: Sri Lanka Naikkan Tarif Pajak untuk Tingkatkan Pendapatan Pemerintah

Pengemudi bajaj memblokir jalan persimpangan utama sambil menunggu untuk membeli bahan bakar di sebuah pompa bensin yang kehabisan persediaan, di Kolombo pada 16 Mei 2022. - Kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan, bersama dengan rekor inflasi dan pemadaman yang berkepanjangan, telah membawa penderitaan berat bagi 22 juta penduduk negara itu. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP)
Pengemudi bajaj memblokir jalan persimpangan utama sambil menunggu untuk membeli bahan bakar di sebuah pompa bensin yang kehabisan persediaan, di Kolombo pada 16 Mei 2022. - Kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan, bersama dengan rekor inflasi dan pemadaman yang berkepanjangan, telah membawa penderitaan berat bagi 22 juta penduduk negara itu. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP) (AFP/ISHARA S. KODIKARA)

Cadangan devisa Sri Lanka menyusut ke rekor terendah, dengan dolar hampir habis untuk membayar impor penting termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar.

Kekurangan bahan bakar kronis telah memburuk antrean berkilometer di beberapa pompa bensin di seluruh negeri.

Situasi ini menyebabkan protes sporadis ketika pemilik kendaraan menunggu, kadang-kadang dalam semalam, untuk bensin dan solar.

Berita Rekomendasi

Stok tersebut mencakup bahan bakar untuk kendaraan, beberapa industri dan layanan penting.

"Sri Lanka tidak dapat membayar $725 juta dalam pembayaran yang telah jatuh tempo kepada pemasok dan juga berjuang untuk membuka surat kredit untuk pengiriman di masa depan," kata Wijesekera.

"Kami berjuang untuk mendapatkan pasokan bahan bakar karena masalah valas kami dan pemerintah bekerja untuk mengelola stok solar dan bensin yang ada hingga 21 Juni," katanya kepada wartawan.

"Kami merasa sangat sulit untuk memenuhi permintaan dan stok bisa habis lebih cepat jika kami tidak mengurangi perjalanan yang tidak penting dan berhenti menimbun bahan bakar."

"Kami mengharapkan pengiriman bensin dalam tiga hari ke depan dan dua pengiriman lagi dalam delapan hari ke depan," tambahnya.

Baca juga: Pacu Pertanian Sri Lanka, Pemerintah India Suntikkan Bantuan Senilai 55 Juta Dolar AS

Baca juga: Pemerintah Sri Lanka Naikkan Pajak Demi Tutup Kerugian Akibat Krisis Devisa

Bantuan dari India

India telah menjadi pendukung utama selama krisis keuangan, setelah menggelontorkan bantuan sekitar $3 miliar, termasuk batas kredit $1 miliar untuk impor penting dan pertukaran $400 juta.

Sri Lanka telah menjangkau beberapa negara, termasuk Rusia, untuk membahas opsi impor bahan bakar yang akan menyediakan pasokan senilai beberapa bulan, kata Wijesekera.

Negara ini juga sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional untuk paket bailout dan delegasi dari pemberi pinjaman diharapkan tiba di Sri Lanka pada 20 Juni.

Baca juga: Sri Lanka Naikkan Tarif Pajak untuk Tingkatkan Pendapatan Pemerintah

Baca juga: Inflasi Sri Lanka Bisa Tembus 40 Persen, Pemerintah Siap Pangkas Pengeluaran di Semua Sektor

Perdana Menteri baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengunjungi sebuah kuil Buddha setelah upacara pengambilan sumpah di Kolombo pada 12 Mei 2022. Wickremesinghe dilantik sebagai perdana menteri Sri Lanka untuk keenam kalinya pada 12 Mei 2022 meskipun politisi veteran itu tidak pernah menyelesaikan masa jabatan penuh.
Perdana Menteri baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengunjungi sebuah kuil Buddha setelah upacara pengambilan sumpah di Kolombo pada 12 Mei 2022. Wickremesinghe dilantik sebagai perdana menteri Sri Lanka untuk keenam kalinya pada 12 Mei 2022 meskipun politisi veteran itu tidak pernah menyelesaikan masa jabatan penuh. (Ishara S. KODIKARA / AFP)

BBM cukup untuk sehari

Sebulan yang lalu, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan hanya ada cukup bensin untuk satu hari.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Wickremesinghe mengatakan Kolombo sangat membutuhkan $75 juta (£60,8 juta) mata uang asing dalam beberapa hari ke depan untuk membayar impor penting.

Dilansir BBC, Wickremesinghe mengatakan bank sentral harus mencetak uang untuk membayar gaji pemerintah.

Baca juga: Sri Lanka Stop Bayarkan Utang Luar Negeri Demi Beli Makanan dan Pasokan Energi

Baca juga: Sosok PM Baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, Anggota Oposisi Senior Kolombo

Wickremesinghe juga mengatakan maskapai milik negara Sri Lanka Airlines mungkin akan diprivatisasi.

"Saat ini, kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari. Beberapa bulan ke depan akan menjadi yang paling sulit dalam hidup kami," kata Wickremesinghe, yang ditunjuk sebagai perdana menteri pada Kamis (12/5/2022).

Berita lain terkait dengan Krisis Sri Lanka

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas