Kepala Militer Finlandia Mengaku Siap Melawan Rusia, Motivasi Warga Tinggi
Sejak Perang Dunia II, Finlandia mempertahankan tingkat kesiapan militer yang tinggi. Kini pejabat pertahanan nyatakan siap melawan Rusia.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Angkatan Bersenjata Finlandia, Jenderal Timo Kivinen, menyatakan telah bersiap selama beberapa dekade untuk melawan serangan Rusia.
Negara Nordik ini telah membangun persenjataan yang substansial.
Namun menurut Kivinen, faktor terpenting ialah Finlandia punya motivasi tinggi untuk berperang.
"Garis pertahanan yang paling penting adalah di antara telinga seseorang, seperti yang dibuktikan oleh perang di Ukraina saat ini," kata Kivinen dalam sebuah wawancara, dikutip dari The Guardian.
Finlandia punya sejarah konflik panjang dengan Uni Soviet, yang kemudian dikenal sebagai Rusia.
Baca juga: Tentara Rusia Dilaporkan Eksekusi Fotografer di Ukraina
Baca juga: Emas Rusia jadi Incaran Uni Eropa, Kemungkinan akan Dimasukkan ke Dalam Paket Sanksi Baru
Negara ini berperang dua kali pada tahun 1940an melawan tetangganya di timur.
Keduanya memiliki perbatasan langsung sepanjang 1.300 km (810 mil).
Menyusul invasi Rusia ke Ukraina, Finlandia baru-baru ini membuat geram Moskow karena ingin bergabung dengan aliansi militer NATO.
Keputusan bersejarah ini, secara otomatis melepas status non-blok yang sudah dipegang selama bertahun-tahun.
Finlandia memilih untuk masuk ke dalam aliansi pimpinan Amerika Serikat karena khawatir Rusia akan menyerangnya sebagaimana menginvasi Ukraina.
Sejak Perang Dunia II, Helsinki telah mempertahankan tingkat kesiapan militer yang tinggi.
"Kami telah secara sistematis mengembangkan pertahanan militer kami tepat untuk jenis peperangan yang sedang dilancarkan di sana (di Ukraina), dengan penggunaan besar-besaran senjata, pasukan lapis baja dan juga angkatan udara," kata Kivinen.
"Ukraina telah menjadi gigitan yang sulit untuk dikunyah (untuk Rusia), dan begitu juga Finlandia," imbuhnya.
Seratus ribu orang Finlandia terbunuh dalam dua perang melawan Uni Soviet.