Sosok Mahathir Mohamad, Mantan PM Malaysia yang Mengawali Karier sebagai Dokter
Berikut ini sosok dan perjalanan karier Mahathir Mohamad yang sempat menjabat Perdana Menteri Malaysia
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Inilah profil Mahathir Mohamad yang merupakan mantan Perdana Menteri Malaysia yang mengundurkan diri tahun 2020 lalu.
Mahathir Mohamad lahir pada 10 Juli 1925 di Alor Setar, Malaysia.
Sebelum menjadi politisi, Mahathir Mohamad merupakan seorang dokter.
Ia memulai karier politiknya di United Malays Nation Organisation (UMNO).
Baca juga: Kedubes Malaysia: Pernyataan Tun Mahathir Tidak Mencerminkan Pendirian Pemerintah Malaysia
Baca juga: Mahathir Sebut Kepulauan Riau Masuk Malaysia, Sekjen PDIP Singgung Operasi Dwikora era Bung Karno
Kariernya di dunia politik cukup mulus, Mahathir naik cepat dari anggota parlemen jadi perdana menteri.
Mengutip Kompas.com, ia dua kali menjabat sebagai orang nomor satu di Malaysia selama 24 tahun.
Bahkan, usai ia mengundurkan diri pada Februari 2020, di bulan Oktober, Mahathir menyatakan ingin kembali mencalonkan diri sebagai PM Malaysia.
Baca juga: Kemlu RI Sayangkan Pernyataan Mahathir, Faizasyah: Kepulauan Riau Sampai Kapanpun Milik NKRI
Selama ia menjabat, Mahathir bisa menumbuhkan ekonomi dan menjadi aktivis untuk negara-negara berkembang.
Namun, ia juga memberlakukan pembatasan keras terhadap kebebasan sipil.
TribunnewsWiki.com merangkum, Mahathir juga dipuji karena telah memimpin pertumbuhan ekonomi Malaysia yang pesat.
Mahathir juga merilis sebuah rencana ekonomi, The Way Forward atau Vision 2020, yang mengharapkan Malaysia jadi negara berkembang penuh pada tahun 2020.
Dokter Mahathir Mohamad
Sebelum memulai kariernya di dunia kedokteran, Mahathir menempuh pendidikan di Universitas Sultan Abdul Hamid lalu melanjutkan sekolah kedokteran di Universitas Malaya di Singapura.
Setelah lulus, ia menjadi dokter layanan pemerintah hingga tahun 1956.
Pada tahun yang sama, ia pun kembali ke Alor Star dan membuka praktik sendiri.
Saat itu, Mahathir menjadi satu-satunya dokter Melayu di daerah tersebut.
Jadi Perdana Menteri Malaysia
Sebelum menjadi perdana menteri, Mahathir terpilih jadi anggota parlemen pada tahun 1964 di bawah payung UMNO.
Ia terpilih ke kursi yang mewakili Kota Star Selatan di parlemen federal.
Mahathir memulai karirnya di bidang politik selama masa yang bergejolak.
Ketegangan rasial antara Tiongkok dan Melayu mencapai puncaknya pada tahun 1969.
Pada tahun yang sama Mahathir kehilangan kampanye pemilihannya kembali.
Kerusuhan ras Mei 1969 membuat ratusan orang Tiongkok dan Melayu terbunuh.
Mahathir menulis surat terbuka yang mengkritik Rahman karena mendukung kepentingan Tiongkok.
Namun, pada 1969, Mahathir dikeluarkan dari UMNO setelah pembelaannya yang kuat terhadap nasionalisme etnis Melayu membawanya ke dalam konflik dengan Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman.
Tak berkarier selama tiga tahun, Mahathir kembali ke dunia politik di tahun 1973.
Abdul Rahman mengundurkan diri pada tahun 1970 dan digantikan oleh Abdul Razak Hussein.
Razak mendorong Mahathir kembali ke partai, dan membuatnya ditunjuk sebagai Senator pada tahun 1973.
Mahathir lantas kembali ke Dewan Tertinggi UMNO di tahun yang sama dan tahun berikutnya diangkat ke Kabinet sebagai Menteri Pendidikan.
Salah satu tindakan pertamanya sebagai Menteri Pendidikan adalah untuk memperkenalkan kontrol pemerintah yang lebih besar terhadap universitas-universitas Malaysia, meskipun ditentang keras oleh komunitas akademik.
Mahathir dianggap sebagai Menteri Pendidikan yang sukses dan kemudian Menteri Perdagangan dan Industri (1978-81).
Pada Juli 1981, Mahathir dilantik sebagai Perdana Menteri di usia 56 tahun.
Di awal tahun 1990an, Mahathir menjadi perdana menteri yang bisa menumbuhkan geliat ekonomi dan stabilitas politik di Malaysia.
Namun, pada akhir 1990an, perekonomian Malaysia mengalami penurunan, menyebabkan perpecahan antara Mahathir dan penggantinya, menteri keuangan dan wakil perdana menteri Anwar Ibrahim.
Dukungan Anwar terhadap pasar terbuka dan investasi internasional bertentangan dengan ketidakpercayaan Mahathir terhadap Barat.
Pada tahun 1998, Anwar dipecat dari jabatannya dan ditangkap, dan gelombang demonstrasi antipemerintah menyapu negara itu.
Keyakinan Anwar dan hukuman penjara memicu lebih banyak protes di bawah bendera reformasi, yang menyerukan pengunduran diri Mahathir.
Namun demikian, Mahathir terus menekan pendukung Anwar dan mengkonsolidasikan kekuatannya sendiri.
Di tahun 2008, usai UMNO dan mitranya kehilangan dua pertiga legeslatifnya, Mahathir menarik diri dari partai.
Di tahun yang sama, ia juga menjadi krikitus terhadap Perdana Menteri Najib Razak.
Najib Razak adalah seorang mantan anak didik yang terlibat dalam skandal keuangan besar-besaran yang melibatkan dana pembangunan 1MDB yang dikelola pemerintah Malaysia.
Najib Razak dituduh menggelapkan 700 juta Dollar AS dari 1MDB, dan ia dan pejabat Malaysia lainnya menjadi sasaran beberapa investigasi pencucian uang internasional.
Pada 2018, Mahathir kembali mencalonkan diri sebagai perdana menteri untuk koalisi partai-partai oposisi dalam pemilu.
Hingga Mei 2018, ia memenangkan kursi di usia 92 tahun.
Selama masa kampanye, Mahathir berjanji akan mengundurkan diri setelah menjalani dua tahun dan menyerahkan kekuasaan pada Anwar.
Salah satu tindakan pertamanya di kantor adalah mengajukan petisi kepada Sultan Muhammad V untuk mengampuni Anwar.
Anwar dibebaskan beberapa hari kemudian dan segera melanjutkan karir politiknya.
Pada 24 Februari 2020 Mahathir Mohamad telah mengirimkan surat pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri kepada Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah.
Di akhir tahun 2020, Mahathir mengejutkan publik Malaysia dengan rencananya yang kembali mencalonkan diri sebagai perdana menteri.
Keputusannya tersebut disampaikan oleh petinggi partai Pejuang, kendaraan politik baru Mahathir setelah dia dipecat Partai Bersatu pimpinan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.
"Keputusan ini diambil untuk menyelamatkan negara serta menimbang kondisi politik saat ini termasuk kegagalan Anwar Ibrahim menunjukan mayoritas yang cukup kepada Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah." Marzuki Yahya yang menjabat sebagai Deputi Presiden Pajuang kepada The Vibes.
Mahathir mengkritik pemerintahan Muhyiddin yang lemah dan penuh penyalahgunaan kekuasaan.
Ia juga menilai Muhyiddin tidak memiliki strategi yang jelas untuk menangani pandemi Covid-19.
Mahathir dan empat anggota perlemen Pejuang pun telah mengajukan mosi tidak percaya untuk menggulingkan Muhyiddin.
Sempat Umumkan akan Pensiun
Mahathir sempat menyatakan akan pensiun dari dunia politik yang sudah digelutinya selama 75 tahun pada akhir September 2020.
Anggota parlemen dari Langkawi ini mengatakan tidak akan lagi bertanding pada pemilu berikutnya yang harus digelar paling lambat Mei 2023.
Namun berselang dua pekan kemudian, suami Siti Hasmah ini mengubah pikirannya dan menyatakan akan maju.
Berdasarkan klaimnya, para pendukungnya sedih ketika dia menyatakan tidak akan kembali bertarung pada pemilu ke-14.
"Saya cukup beruntung. Saya masih aktif. Pendukung saya juga tidak merasa kondisi saya akan merosot ketika usia saya terus menua. Mereka tidak ingin mendengar saya tidak maju lagi." tutur Mahathir.
(Tribunnews.com)(TribunnewsWiki, Saradita Oktaviani)(Kompas.com, Ericcsen/Dian Erika)