Zelensky Sebut Rusia Berniat Hancurkan Seluruh Donbas, Butuh Senjata Berat untuk Mengimbangi Lawan
Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan serangan Moskow bertujuan mengancurkan seluruh wilayah Donbas, karenanya ia butuh senjata berat.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Serangan Rusia pada Selasa dan Rabu di Kharkiv adalah yang terburuk selama berminggu-minggu di daerah di mana kehidupan normal sempat kembali sejak pasukan Ukraina mendorong pasukan lawan bulan lalu.
Kyiv menyebut serangan itu, yang dilaporkan menewaskan sedikitnya 20 orang, sebagai upaya untuk memaksa Ukraina menarik sumber daya dari medan perang utama di Donbas untuk melindungi warga sipil.
"Tidak ada hentinya penembakan warga sipil oleh penjajah Rusia," tulis Oleh Synehubov, gubernur wilayah Kharkiv, di aplikasi perpesanan Telegram.
"Ini adalah bukti bahwa kita tidak dapat mengharapkan skenario yang sama seperti di Chernihiv atau Kyiv, dengan pasukan Rusia mundur di bawah tekanan."
Keanggotaan Uni Eropa
Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, menyebutnya sebagai "operasi khusus" untuk memastikan keamanan Rusia.
Ukraina dan Barat menyebut sebutan itu tak berdasar.
Rusia telah lama menentang hubungan yang lebih erat antara Ukraina, bekas negara Soviet, dan klub-klub Barat seperti Uni Eropa (UE) dan aliansi militer NATO.
Zelensky mengatakan dia telah berbicara dengan 11 pemimpin Uni Eropa pada hari Rabu tentang pencalonan Ukraina dan akan membuat lebih banyak panggilan telepon pada hari Kamis.
Ia mengatakan sebelumnya dirinya yakin 27 negara Uni Eropa akan mendukung status kandidat Ukraina sebagai anggota UE.
"Kami pantas mendapatkannya," kata Zelenskiy kepada orang banyak di Amsterdam melalui tautan video.
Para diplomat mengatakan Ukraina akan membutuhkan satu dekade atau lebih untuk memenuhi kriteria untuk bergabung dengan UE.
Namun para pemimpin Uni Eropa mengatakan mereka harus membuat sikap yang mengakui pengorbanan Ukraina.
Perang di Ukraina memiliki dampak besar pada ekonomi global dan keamanan Eropa, menaikkan harga gas, minyak dan makanan, mendorong Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungannya yang besar pada energi Rusia dan mendorong Finlandia dan Swedia untuk mencari keanggotaan NATO.