Penyebab Sri Lanka Bangkrut, Kini Hadapi Krisis Ekonomi Terburuk sejak Kemerdekaan
Sri Lanka bangkrut, apa yang menjadi penyebabnya? Saat ini Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
Hal ini dapat secara serius merusak kepercayaan investor di suatu negara, membuat Sri Lanka lebih sulit untuk meminjam uang di pasar internasional dan mengancam nilai mata uangnya.
Sri Lanka Kekurangan Mata Uang Asing
Selama berbulan-bulan, Sri Lanka kekurangan mata uang asing untuk membeli semua yang dibutuhkannya dari luar negeri.
Baca juga: Cegah Bencana Kelaparan, Australia Kirim 15 Juta Dolar AS Dana Pangan Darurat PBB untuk Sri Lanka
Kekurangan bahan makanan dan bahan bakar menyebabkan harga melambung, dikutip dari BBC Internasional.
Adanya pemadaman listrik dan kurangnya obat-obatan telah membawa sistem kesehatan Sri Lanka ke ambang kehancuran.
Orang-orang mulai memprotes di jalan-jalan ibu kota Sri Lanka, Kolombo dan protes telah menyebar ke seluruh pulau, sejak awal April 2022.
Cadangan mata uang asing Sri Lanka hampir habis, dan tidak mampu lagi membayar impor makanan pokok dan bahan bakar.
Pemerintah menyalahkan pandemi Covid, yang memengaruhi perdagangan turis Sri Lanka.
Diketahui, sektor pariwisata adalah salah satu penghasil mata uang asing terbesar Sri Lanka.
Namun, banyak ahli mengatakan pengelolaan ekonomi yang tak tepatlah yang harus disalahkan.
Tagihan Impor Terus Bertambah
Di akhir perang saudara di tahun 2009, Sri Lanka memilih untuk lebih fokus menyediakan barang untuk pasar domestik daripada mencoba masuk ke luar negeri.
Jadi pendapatan dari ekspor tetap rendah, sementara tagihan impor terus bertambah.
Baca juga: Selandia Baru akan Berikan 800.000 Dolar AS ke UNICEF untuk Bantu Sri Lanka
Sri Lanka sekarang mengimpor $3 miliar (£2,3 miliar) lebih banyak daripada ekspornya setiap tahun, dan itulah sebabnya ia kehabisan cadangan mata uang asing.