Hadapi Jutaan Kasus Covid-19, Korea Utara Tuduh Balon Kiriman Pembelot Jadi Penyebar Virus
Pemerintah Korea Utara menuduh benda asing hingga balon kiriman pembelot dari Korea Selatan yang melintasi perbatasan, jadi penyebar Covid-19.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
Sebagai tanggapan, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan pada Jumat bahwa "tidak ada kemungkinan" bahwa virus corona telah memasuki Korea Utara melalui balon.
Para ahli pun skeptis tentang pernyataan Pyongyang.
"Sulit untuk mempercayai klaim Korea Utara, secara ilmiah, mengingat kemungkinan virus menyebar melalui objek cukup rendah," kata Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan, risiko orang terinfeksi melalui kontak dengan permukaan atau benda yang terkontaminasi umumnya dianggap rendah, namun bukan tidak mungkin.
Pemerintah Pyongyang belum secara terbuka menyetujui penjelasan bahwa Covid-19 mungkin masuk Korea Utara melalui perdagangan lintas batas dengan China.
"Jika mereka menyimpulkan virus itu dari China, mereka harus memperketat tindakan karantina di daerah perbatasan dalam kemunduran lebih lanjut untuk perdagangan Korea Utara-China," kata Lim Eul-chul, seorang profesor di Institute for Far Eastern Studies di Universitas Kyungnam.
Pyongyang menolak tawaran bantuan kemanusiaan dan vaksin Covid-19 dari luar.
Baca juga: WHO Prediksi Akan Terjadi Peningkatan Penularan Covid-19 Musim Panas Ini
Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan AS tidak tulus dalam menawarkan bantuan.
Ini karena AS masih melakukan latihan militer dan mendorong lebih banyak sanksi dalam menanggapi program nuklir dan rudal balistik Pyongyang.
Tidak lama setelah mengumumkan kasus pertama Covid-19, rezim Korea Utara mengimbau masyarakat untuk menggunakan pengobatan tradisional.
Media pemerintah mendorong pasien menggunakan obat penghilang rasa sakit dan antibiotik.
Lalu obat tradisional berupa berkumur dengan air garam dan minum teh lonicera japonica atau teh daun willow.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)